Suara.com - Hari ini, Selasa (30/1/2018), Staf Ahli Bidang Pembangunan Daerah Kemenko Perekonomian, Bobby Hamzar Rafinus, mengadakan Seminar Penguatan Daya Saing Indonesia Pada Perekonomian Global. Seminar ini diadakan dalam rangka mendorong partisipasi dunia usaha mengikuti Executive Opinion Survey yang diadakan oleh World Economic Forum (WEF). Survey tersebut saat ini masih sedang berlangsung, dari Januari – Maret 2018.
"Hasil survey ini, nantinya akan diolah menjadi masukan bagi penyusunan beberapa peringkat antar-negara, yaitu Global Competitiveness Index (GCI), Travel and Tourism Competitiveness Index dan Gender Global Gap Index," katanya di Jakarta, Selasa (30/1/2018).
Ketiga index tersebut diterbitkan dalam laporan tahunan yang berbeda yaitu Global Competitiveness Report, Travel and Tourism Competitiveness Report, serta Gender Global Gap Report. Peringkat negara yang dihasilkan, menjadi rujukan berbagai lembaga maupun pelaku usaha internasional. Hal ini menegaskan pentingnya dukungan dunia usaha nasional mengikuti survey tersebut dengan cermat.
Untuk membantu dunia usaha dalam memahami survey tersebut, maka dalam seminar ini diberikan penjelasan oleh mitra WEF di Indonesia, yaitu Pusat Studi Industri, UKM, dan Daya Saing Universitas Trisakti. Selain itu dalam rangka penyampaian informasi yang akurat tentang upaya peningkatan daya saing yang sedang dan perlu dilakukan, maka diadakan pula penjelasan dan dialog antara Pemerintah dengan Dunia Usaha.
Baca Juga: Kementerian ATR/BPN Bentuk Tata Ruang untuk Dorong Daya Saing
Menteri Pariwisata, Arief Yahya, dalam sambutan kunci, telah menyampaikan langkah-langkah peningkatan daya saing pariwisata Indonesia. Selanjutnya dialog mengenai peningkatan daya saing di bidang ekonomi makro, pembangunan infrastruktur, dan pemberantasan korupsi telah berlangsung antara pejabat yang mewakili Bank Indonesia, Kementerian Koordinator Perekonomian, dan Komisi Pemberantasan Korupsi dengan pengusaha anggota APINDO dan perbankan.
"Ketiga bidang tersebut merupakan bagian dari kelompok factor driven, yang merupakan persyaratan dasar menuju daya saing yang kuat. Dengan pendapatan per kapita sekitar 3.600 dollar Amerika Serikat Indonesia telah masuk dalam tahapan kelompok negara efficiency driven," katanya.
Indonesia saat ini pada peringkat 36, naik 5 tingkat dari tahun 2016/2017. Untuk mencapai peringkat yang lebih tinggi, maka perbaikan kinerja bidang kelompok factor-driven perlu dipacu disamping bidang kelompok efficiency driven, seperti peningkatan efisiensi pada pasar tenaga kerja dan pasar barang. Upaya tersebut merupakan keniscayaan dengan adanya rencana perubahan pengukuran GCI yang memasukkan faktor teknologi digital. Prospek daya saing Indonesia relatif cerah karena pada bidang inovasi dan kecanggihan usaha, yang merupakan kelompok innovation driven, Indonesia tercatat berkinerja baik.
"Dengan perhatian dunia usaha yang semakin besar terhadap pentingnya daya saing, antara lain melalui partisipasi mengikuti Executive Opinion Survey, diharapkan peringkat GCI Indonesia semakin membaik," tutupnya.
Baca Juga: Menhub: Daya Saing Infrastruktur Indonesia Naik 10 Peringkat