Suara.com - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengklaim proyek pembangunan bandara New Yogya International Airport (NYIA) atau yang biasa disebut Bandara Kulon Progo tahan terhadap bencana gempa bumi dan tsunami.
Seperti diketahui, dilansir melalui situ BMKG, lokasi bandara Kulon Progo termasuk zona subduksi di selatan Pulau Jawa sehingga rawan terhadap tsunami.
BMKG mendapati potensi gempa dan tsunami di wilayah ini cukup tinggi dengan magnitudo bisa mencapai 8,5 skala Richter. Sedangkan untuk potensi tsunami mencapai ketinggian lebih dari 5 meter di sepanjang pantai Bandara NYIA Kulon Progo.
Baca Juga: Menhub Beberkan Pentingnya Pembangunan Bandara Kulon Progo
“Kami ingin ketika membangun, asumsinya dari BMKG, dengan AP I menghitung secara detail. Jadi jangan takut lagi Kulon Progo kena tsunami," ujar dia di Kantor BMKG, Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (26/1/2018).
Budi mengungkapkan, hal-hal yang telah dikaji dalam proyek ini adalah mulai dari memperhitungkan potensi gempa hingga mencapai 8 skala richter hingga struktur bangunan bandara juga didesain agar tahan terhadap tsunami.
“Karena kita sudah memperhitungkan dengan skala 8 skala richter yang belum pernah terjadi Jawa. Kita siapkan bangunan, siapkan mitigasi yang dilakukan, misalnya listrik tidak boleh di lantai 1, tapi di lantai 2. Lantai 1 dibiarkan, kalau tsunami air dibiarkan masuk ke dalam," ujarnya.
Oleh sebab itu, Budi mengajak masyarakat untuk tidak khawatir akan potensi bencana alam. Pasalnya, jika bencana ini telah diantisipasi dengan baik, maka dampak dari bencana tersebut bisa diminimalisir.
"Hal seperti ini yang kita siapkan lebih awal.Masyarakat kita itu menganggap bencana itu hukuman, padahal kita bisa mengurangi bencana bencana itu," ujarnya.
Baca Juga: Jokowi akan Groundbreaking Bandara Kulon Progo 23 Januari
Pemerintah menargetkan Bandara NYIA mulai beroperasi pada April 2019. Bandara Angkasa Pura I ini diproyeksikan memiliki terminal seluas 130 meter persegi, runway dengan panjang dan lebar 3.250 meter dan 60 meter, serta berkapasitas 15 juta penumpang pada pembangunan tahap pertama, yang berlangsung hingga 2030.