Menurut dia, pengadaan tanah sudah 95,02 persen, dan pengerjaan konstruksinya telah mencapai 65,65 persen.
"Melalui sinergi BUMN yang sudah terjalin sejak awal, kami optimistis bisa menyelesaikan semuanya tepat waktu," katanya pula.
Biaya pembangunan JTTS ruas Bakauheni-Terbanggi Besar mencapai Rp16,8 triliun, dan porsi modal atau ekuitasnya sudah tercapai 52 persen, yakni melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) tahun 2015/2016 sebesar Rp2,2 triliun, serta melalui penerbitan obligasi Hutama Karya secara bertahap sebesar Rp6,5 triliun.
Sedangkan sisanya sebesar 48 persen dipenuhi melalui skema pinjaman investasi dari 7 bank dan PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero).
Baca Juga: Ini 6 Proyek Infrastruktur Indonesia-Jepang Terkini
Ia menyebutkan pada 27 Desember 2017, Hutama Karya menerima pinjaman dari 7 sindikasi perbankan, yakni Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BCA, Bank CIMB Niaga, Bank Maybank Indonesia, Bank ICBC Indonesia, dan Bank Permata sebesar sekitar Rp8 triliun.
"PT Sarana Multi Infrastruktur akan menyediakan 'stand-by loan' untuk membantu perusahaan dalam melaksanakan kewajibannya apabila terjadi defisit 'cash flow' selama masa operasi tol," kata Putra lagi.
PT Hutama Karya (Persero) adalah BUMN yang bergerak dalam jasa konstruksi didirikan pada 1960, dan dikenal sebagai pencipta teknologi Sosrobahu.
Melalui Peraturan Presiden Nomor 100/2014, HK resmi mendapatkan tugas untuk membangun JTTS sebanyak empat ruas. Perpres tersebut kemudian direvisi ke dalam Peraturan Presiden Nomor 117/2015 dengan mandat baru bagi HK, yaitu mengembangkan keseluruhan 24 ruas dengan delapan ruas prioritas ditargetkan selesai pada tahun 2019. (Antara)
Baca Juga: Ini Kerugian Negara Jika Proyek PLTU di Jawa Bali Tetap Berlanjut