Suara.com - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengatakan kereta semi cepat rute Jakarta-Surabaya yang baru mau akan dibangun akan memakan waktu tempuh perjalanan kurang dari 6 jam.
"Kira-kira yang dituju 5,5 jam, nggak terlalu cepat. Biayanya akan dievaluasi biar lebih murah," ujar Basuki di Istana Bogor, Jumat (19/1/2018).
Kementerian Perhubungan saat ini tengah mempersiapkan studi kelayakan.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan sudah ada beberapa alternatif teknologi yang akan digunakan. Dari berbagai teknologi yang diusulkan, Budi menyebut sudah mengerucut menjadi satu nama.
Baca Juga: Luhut Bertemu PM Jepang Bahas Kereta Cepat Jakarta-Surabaya
"Kami sudah mengerucut pada suatu teknologi tertentu, yaitu narrow gauge dan kami harapkan ada studi lebih baik. Kami ingin studi ini lebih detail dan kita harapkan tidak mahal ya," kata dia.
"Karena ada kecenderungan kalau kita sudah nunjuk satu negara tertentu kurang efisien, oleh karenanya kita minta dilakukan FS (Feasibility Study), sekali lagi dan maret akan selesai," Budi menambahkan.
Pemerintah akan menggandeng Jepang untuk membangun KA semi cepat Jakarta - Surabaya. Terlebih usulan penambahan jalur ini pertama kali disampaikan Badan Kerjasama Internasional Jepang (Japan International Coorporation Agency/JICA).
Pemerintah Indonesia, kata Budi, memiliki keinginan untuk memulai pembangunan proyek ini secepatnya dengan melakukan peletakan batu pertama pada 2018.
Tetapi, jika hasil kajian belum final, dia tidak masalah jika awal pembangunan tidak bisa dilakukan tahun ini.
Baca Juga: Belgia Tahan 4 Orang Terkait Serangan ke Kereta Cepat
"Kami memang punya keinginan untuk mulai taun ini, tapi kalau memang tidak bisa selesai (studi kelayakan) ya kita tidak paksakan, bisa juga jadi tahun depan," katanya.
Selain menginginkan jarak tempuh KA semi cepat Jakarta Surabaya kurang dari 6 jam. Mantan Direktur Utama Angkasa Pura II ini menjelaskan, dengan menggunakan narrow gauge atau rel sempit maka pengerjaannya bisa dibagi beberapa tahap.
"Katakan kalau pakai narrow gauge, kita bangun sampai Semarang setelah itu dari Semarang ke Solo, Semarang ke Surabaya tetap bslisa gunakan itu. Terusitu juga lebih murah," katanya.
Meski begitu ia mengaku tidak banyak negara di dunia yang menggunakan rel sempit.