Suara.com - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp441,31 triliun pada akhir tahun 2017. Sebanyak Rp345,50 triliun atau 78,3 persen dari total kredit disalurkan ke Segmen Bisnis Banking, sedangkan sebesar Rp71,4 triliun atau 16,2 persen dari total kredit disalurkan ke segmen Konsumer Banking.
“Selebihnya, Rp24,37 triliun atau 5,5 persen dari total kredit disalurkan melalui perusahaan-perusahaan anak,” kata Direktur Utama BNI, Achmad Baiquni dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (17/1/2018).
Untuk kredit Segmen Bisnis Banking, tercatat sebesar Rp 134,40 triliun atau tumbuh 14,9 persen dibandingkan 2016, disalurkan kepada Debitur Korporasi Non BUMN (termasuk penyaluran kredit pada debitur-debitur yang berdomisili di luar Indonesia/ Overseas). Adapun yang sebesar Rp 84,37 triliun disalurkan pada debitur-debitur Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
“Selebihnya, kredit pada segmen Bisnis Banking juga disalurkan kepada Debitur Menengah dan Kecil masing-masing Rp70,26 triliun dan Rp56,48 triliun atau tumbuh 14,6 persen dan 11,4 persen dibandingkan tahun 2016,” kata Baiquni.
Baca Juga: Tahun 2017, BNI Raup Laba Bersih Sebesar Rp13,62 Triliun
Sementara itu, pertumbuhan kredit pada Segmen Konsumer Banking BNI didorong terutama oleh Pinjaman payroll yang tumbuh 47,1 persen dengan outstanding per 31 Desember 2017 mencapai Rp17,7 triliun. Pinjaman payroll dioptimalkan dengan memanfaatkan database debitur Korporasi terutama yang berasal dari BUMN dan Institusi Pemerintah.
Di 2017, kami tumbuh signifikan pada payroll loan. saat ini kita masih punya potensi sangat besar. Dari 2.4 juta potensi nasabah payroll, penetrasi kami baru 180 ribu, tak sampai 10 persen. Di 2018 kami akan fokus ke situ,” tutur Direktur Bisnis Konsumer BNI Anggoro Eko Cahyo dalam kesempatan yang sama.
Selain itu, segmen Konsumer Banking BNI juga disokong oleh Kredit Perumahan atau KPR yang mencapai Rp 37,07 triliun pada akhir Desember 2017 dan kartu kredit sebesar Rp 11,64 triliun.
Terkait dengan kualitas kredit, rasio pinjaman bermasalah atau non performing loan (NPL) mengalami penurunan dari 3,0 persen di tahun 2016 menjadi 2,3 persen di 2017. Menurut Baiquni, turunnya NPL tak terlepas dari langkah restrukturusasi kredit yang dilakukan.
“Kami restrukturisasi kredit sekitar Rp30 triliun. Sebagian besar nasabah yang tak punya potensi lagi kita hapusbukukan (write off) sebesar Rp8 triliun. Semua yang kita write off itu merupakan debitur yang gagal setelah kita lakukan restrukturisasi,” ujarnya.
Baca Juga: BNI Kucurkan Kredit Rp1,08 Triliun di Proyek Jalan Tol Sumo
Adapun Cadangan Kerugian Penyusutan Nilai (CKPN) juga tetap terjaga dengan baik dengan tingkat coverage ratio naik dari 146,0 persen (2016) menjadi 148,0 persen (2017). Hal ini juga berdampak pada tingkat kecukupan permodalan atau capital adequacy ratio (CAR) yang tetap terjaga baik pada level 18,5 persen sebagai fundamental yang kuat.