Namun, merujuk laporan UBS Grup AG dan Pricewater House Coopers, miliarder Asia untuk kali pertama melampaui angka pendapatan miliarder AS.
Tercatat, hampir 38 miliarder asal Tiongkok yang merepresentasikan bisnis di 49 negara Asia memperoleh pertambahan kekayaan USD177 miliar pada 2017. Angka itu naik sebesar 65 persen dari perolehan tahun 2016.
Tapi, laporan kekayaan global tahunan yang dirilis Credit Suisse awal November 2017, menyoroti ketidaksetaraan pendapatan yang fantastis antara kaum kapitalis dan rakyat dunia.
Credit Suisse mencatat, 50 persen kekayaan dunia dikendalikan hanya oleh 1 persen kaum kaya. Kesenjangan kekayaan ini semakin melebar setidaknya sejak krisis keuangan tahun 2008 di AS.
Baca Juga: Jelang Tutup Tahun, Yamaha Soul GT Bersolek dengan Tampilan Baru
Laporan itu juga menambahkan, orang-orang terkaya di dunia memegang 42,5 persen kekayaan global pada puncak krisis keuangan tahun 2008, dibandingkan dengan 50,1 persen pada tahun 2017.
Indeks Bloomberg juga menemukan 67 milyarder tersembunyi pada 2017, dengan dua milyarder di Rusia, satu di Brasil, yang dilaporkan merupakan pengembang yang beroperasi di Amerika Latin.
Tax Heaven
"Fenomena ‘surga pajak’ (pengemplang pajak) adalah salah satu kunci kenaikan ketidaksetaraan kekayaan global,” kata ekonom Gabriel Zucman kepada The Guardian.
"Karena ketidaksetaraan antara kaum kapitalis dan kaum pekerja di dunia meningkat, penghindaran pajak di luar negeri menjadi olahraga elite," tambahnya.
Baca Juga: Biaya Dinas Dikritik Menkeu, Sandiaga Hanya Teruskan Aturan Ahok
Sosiolog Brooke Harrington kepada Süddeutsche Zeitung mengatakan, kaum kapitalis tersebut justru pihak yang secara sengaja tak mau tunduk pada hukum.