Suara.com - Potensi pangsa pasar makanan sehat di Indonesia sangat besar karena bertambahnya kelas menengah atas yang telah teredukasi. Hal ini dikemukakan oleh Dirjen IKM Kementerian Perindustrian Gita Wibawaningsih.
Menurutnya, Indonesia perlu belajar dari Singapura tentang bagaimana dinas terkait di sana membuat pasar khusus makanan sehat.
“Di Singapura, pasar makanan sehat sangat bagus. Kita bisa menjadikannya sebagai benchmarking. Sekarang sudah banyak produk makanan sehat ditawarkan. Di luar negeri, makanan sehat sudah ada standarnya. Misal di food court itu ada pembagian seperti standar A sangat sehat, standar B sehat hingga standar C kurang sehat,” tuturnya di Jakarta, Jumat (15/12/2017).
Salah satu perusahaan teknologi kesehatan karya anak negeri adalah Gorry Holdings. Menurut William Susilo, sebagai Pendiri dan Direktur Utama, konsep yang ditawarkan Gorry adalah one stop e-Wellness solutions yang diharapkan dapat menjadi ekosistem terintegrasi untuk solusi hidup sehat yang efisien dan ke depannya kian terjangkau.
Baca Juga: Anwar Nauli, OB Balaikota DKI yang Kini Jadi Penjual Donat
"Gorry Holdings mengombinasikan kekuatan data, teknologi, dan pengembangan produk yang kompetitif," kata William di Jakarta, Jumat (15/12/2017)
Gorry Holdings telah meluncurkan situs web Gorry Gourmet dan aplikasi GorryWell. Melalui Gorry Gourmet, pelanggan dapat memilih menu makanan secara online berdasarkan tujuan kesehatan yang spesifik. Bahkan melalui produk special needs, Gorry Gourmet dapat membuat produk yang disesuaikan dengan riwayat medis pelanggan, seperti diabetes, stroke, penyakit jantung, autisme, hipertensi, pasca melahirkan, pasca operasi, hingga kanker.
Tidak berhenti di solusi makanan sehat, Gorry Holdings mengembangkan aplikasi dan situs web GorryWell, yang mendukung Kementerian Kesehatan dalam merekomendasikan resep makanan yang mudah dibuat sekaligus saran menu restoran untuk tujuan kesehatan yang spesifik, bahkan termasuk saran porsi makan secara otomatis.
“Edukasi masyarakat tentang hidup sehat di Indonesia sudah cukup bagus, hanya memang penetrasinya masih terbilang kecil dibanding negara-negara lain. Di sinilah peran teknologi sangat krusial. Teknologi membuat edukasi mudah diakses, yaitu melalui smartphone. Misal dengan GorryWell, pengguna dapat mengambil foto makanan di bagian Gorry Journal, lalu diunggah ke GorryWell untuk kami estimasi jumlah kalori dan berikan rekomendasi olahraga untuk membakarnya. Ke depannya pengembangan fitur pun akan dibuat lebih interaktif, sehingga chat dengan ahli gizi menjadi lebih mudah dilakukan,” ujarnya.
Gorry Holdings, menurut William, adalah pelopor teknologi kesehatan di kawasan Asia Tenggara yang fokus pada analisis dan health data.
Baca Juga: Lumban Gaol Bersaudara, Dua Wanita Pendiri Homecare24
“Data-data kesehatan yang dimiliki pengguna diolah melalui aplikasi ini, termasuk histori medis, gaya hidup dan pilihan-pilihan menu makanannya. Dari sana lalu muncul rekomendasi, misal berupa makan apa di restoran mana dan dengan porsi seberapa banyak. Dan setiap rekomendasi berbeda satu sama lain meskipun mungkin keluhan kesehatannya sama.” Sudah lebih dari 10 ribu menu divalidasi oleh Tim Gorry dari segi estimasi makro nutrisi. Lebih dari 500 merek restoran di Jakarta dan Tangerang yang masuk di daftar publikasi GorryWell.