Suara.com - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, meresmikan pemutaran perdana konstruksi pier head teknologi Sosrobahu, di jalan tol Layang Jakarta-Cikampek II, yakni di pier Nomor P.179 KM. 21+600, arah ke Cikampek, Rabu, (13/12/2017) malam. Selama pemutaran berlangsung, tidak dilakukan penutupan lajur jalan tol, sehingga kendaraan tetap dapat melintas.
"Dengan mengucap Bismillahirahmanirahim, pemutaran perdana konstruksi pier head teknologi Sosrobahu kita resmikan, dan semoga keberhasilan diikuti pula dengan pemutaran berikutnya. Semoga Allah memberikan keselamatan pada kita semua," kata Basuki, ditandai dengan penekanan tombol secara simbolis.
Peristiwa tersebut kembali mengulang sejarah pada 29 tahun yang lalu, tepatnya 27 Juli 1988, saat teknologi Sosrobahu atau landasan putar bebas hambatan untuk pertama kalinya digunakan di Indonesia pada jalan tol Wiyoto-Wiyono. Teknologi yang ditemukan oleh Tjokorda Raka Sukawati ini menjadi kebanggaan dunia teknik sipil Indonesia, yang terus dikenang hingga kini.
Teknologi Sosrobahu menjadi jawaban atas sulitnya membangun kontruksi jalan di atas jalan yang sudah beroperasi dan padat volume kendaraan seperti halnya di jalan tol Layang Jakarta-Cikampek II. Dengan teknologi ini, pembuatan pier head dilakukan sejajar garis jalan, sehingga tidak memerlukan ruang bebas yang luas dan setelah selesai dilakukan pemutaran.
Bila memakai teknik konstruksi konvensional, dipastikan sebagian besar lajur jalan akan ditutup dan membuat kemacetan jalan lebih panjang.
"Waktu yang dibutuhkan memutar satu pier head 90 derajat adalah 30 menit. Sangat cepat dan tidak menggangu aktivitas di jalan tol. Penggunaan teknologi Sosrobahu tidak memakan ruang terlalu banyak, cukup 11 meter, tidak perlu sampai 22 meter ke jalan tol," kata Basuki lagi.
Lebih dari 200 pier head akan diputar menggunakan teknologi Sosrobahu di proyek jalan tol layang Jakarta-Cikampek II, sepanjang 36 km dari Cikunir hingga Karawang Barat. Sesuai jadwal pelaksanaan, pemutaran pier head dilakukan secara kontinu dan baru akan dimulai pada Januari 2018 hingga Oktober 2018.
Namun karena PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek (PT JJC) menekankan adanya inovasi baru untuk pemutaran menggunakan remote control atau tidak lagi memakai crane sebagaimana yang selama ini dilaksanakan, maka diputuskan untuk melakukan pemutaran perdana lebih awal, sehingga dapat dilakukan evaluasi dan pemutaran selanjutnya dapat tetap sesuai jadwal.
Hak pengusahaan dan pembangunan tol ini dipegang oleh PT. JJC, yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk sebesar 80 persen dan PT Ranggi Sugiron Perkasa sebesar 20 persen. Kontraktor proyek jalan tol ini adalah kerja sama operasi (KSO) PT. Waskita Karya (Persero) Tbk. dan PT. Acset Indonusa Tbk., dengan nilai kontrak Rp13,53 triliun, dan ditargetkan selesai pada 2019.
Biaya kontruksi tol layang tersebut lebih mahal 2 kali lipat dibandingkan dengan konstruksi tol biasa (non layang).
"Teknologi ini merupakan bentuk inovasi kebanggaan anak bangsa. Ke depan, inovasi seperti ini harus terus dilakukan. Jangan hanya asal cepat membangun tapi tidak ada inovasi dalam proyek pembangunan tersebut," kata Menteri Basuki.
Teknologi Sosrobahu banyak diterapkan di sejumlah negara, seperti Filipina, Malaysia, Thailand, dan Singapura. Bahkan di Filipina, teknologi ini digunakan untuk membuat salah satu jalan layang terpanjang di Metro Manila, yakni Metro Manila Skyway, dari Buendia ke Alabang.
Turut hadir dalam acara tersebut adalah Direktur Utama Waskita Karya, M Choliq, Direktur Operasi II PT Waskita Karya (Persero) Tbk., N. Wirya Adnyana, Direktur Pengembangan PT Jasa Marga (Persero) Tbk., Hasanudin, dan Direktur Utama PT JCC, Djoko Dwijono.
Sementara Baduki didampingi oleh Dirjen Bina Marga, Arie Setiadi Moerwanto, Kepala Balitbang, Danis H Sumadilaga, Kepala BPJT, Hery Trisaputra Zuna, dan Kepala Biro Komunikasi Publik, Endra S Atmawidjaja.