Suara.com - Industri hulu minyak dan gas bumi masih menghadapi tantangan besar menurunnya nilai investasi akibat rendahnya harga minyak dunia yang berdampak besar pada upaya menjaga produksi migas.
Untuk dapat bertahan dalam menjalankan kegiatan di sektor hulu migas, pemerintah, investor, maupun industri pendukungnya dituntut untuk menghasilkan keputusan bisnis yang paling efektif dan efisien.
Tidak hanya di kegiatan inti hulu migas, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mendorong efisiensi di segala bidang, tidak terkecuali operasional kantor (general affairs) mulai dari sewa gedung, transportasi untuk mobilisasi pekerja, fasilitas dan peralatan kantor, fasilitas kedinasan, serta travel dan akomodasi perjalanan dinas.
“SKK Migas terus berusaha menjaga kesinambungan kegiatan hulu migas, berupaya untuk terus efisien di berbagai aspek, termasuk menjaga iklim investasi agar industri ini tetap menarik bagi investor,” kata Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi saat membuka General Affairs Forum 2017 di kantor SKK Migas, Jakarta, Kamis (14/12/2017).
Baca Juga: Diduga Korupsi Proyek LPG Mini Plant, Polri Geledah Dirjen Migas
Amien mencontohkan, SKK Migas telah melakukan efisiensi operasional. Untuk gedung, pengurangan luas area ruang kantor yang disewa menghemat Rp70 miliar untuk lima tahun. Efisiensi anggaran untuk rapat luar kantor mulai tahun 2017 ini diperkirakan mencapai Rp. 51 miliar per tahun.
Sementara itu, dalam pengajuan anggaran general affairs oleh seluruh kontraktor kontrak kerja sama dalam rencana program dan anggaran (WP&B) tahun 2017, memberikan kontribusi efisiensi senilai Rp350 miliar.
“Hal ini bisa dicapai melalui komunikasi dan koordinasi intensif, terbentuknya kelompok kerja, serta rekomendasi standarisasi pengelolaan general affairs,” katanya.