Investasi Proyek Kereta Semicepat Jakarta - Surabaya Rp90 Triliun

Adhitya Himawan Suara.Com
Jum'at, 08 Desember 2017 | 00:15 WIB
Investasi Proyek Kereta Semicepat Jakarta - Surabaya Rp90 Triliun
PT KCIC resmi bekerjasama dengan HSRCC membangun Kereta cepat Jakarta-Bandung. [Dok KCIC]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kereta Api Semicepat Jakarta-Surabaya direncanakan untuk berhenti di tiga stasiun, kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.

"Inginnya berhenti di dua stasiun, maksimal tiga, seperti Cirebon, Semarang dan satu lagi saya belum tahu," kata Budi di sela-sela Seminar Peningkatan kecepatan Kereta Api Koridor Jakarta-Surabaya di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Kamis (7/12/2017).

Budi menjelaskan pemberhentian di stasiun-stasiun tersebut bukan tanpa tujuan, tetapi agar nikai keekonomian daerah masih bisa terjaga, bahkan meningkat dengan beroperasinya KA Semicepat Jakarta-Surabaya.

"Banyak simpul-simpul yang memiliki tiitk ekonomi di masing-masing kota, Brebes, Pekalongan, Tegal dan Semarang," tuturnya.

Baca Juga: Seperti Apa Stasiun Kereta Cepat di Cina?

Menurut dia, nikai keekonomian daerah bisa ditingkatkan apabila KA Semicepat memanfaatkan jalur yang sudah ada atau eksisting.

"Kalau kita geser ke tempat lain, itu akan berubah, kita meninggalkan mereka yang sudah punya ketergantungan itu," ujarnya.

Selain itu, lanjut dia, apabila menggunakan jalur yang sudah ada, maka pembiayaan tidak akan membengkak.

Dia menuturkan Jepang telah menyampaikan usulan untuk membuat rel tambahan agar operasional KA jarak jauh dan KA Logistik tidak terganggu.

Namun, lanjut dia, hal itu menyebabkan biaya investasi yang akan membengkak hingga Rp90 triliun dari hitungan semula, yaitu Rp60 triliun.

Baca Juga: Tiongkok Yakin Kereta Cepat Jakarta-Bandung Selesai Akhir 2019

Karena itu, Budi meminta kepada pihak Jepang melalui Badan Kerja Sama Internasional Jepang (Jica) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk melakukan kajian ulang karena harga proyek masih terlalu tinggi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI