Suara.com - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Rosan Roeslani mengatakan kontribusi sektor industri dalam beberapa tahun terakhir terhadap produk domestik bruto menurun dibandingkan era 1990-an hingga awal 2000-an.
Padahal, pertumbuhan ekonomi Indonesia selalu beriringan dengan pertumbuhan industri dan manufaktur. Jika pertumbuhan ekonomi tinggi, maka pertumbuhan industri akan tinggi pula dan sebaliknya.
“Seperti yang terjadi pada 2001, kontribusi sektor industri terhadap PDB mencapai sekitar 27 persen, namun angka tersebut menurun hanya menjadi 20,51 persen pada tahun 2016 lalu. Angka tersebut pula diharapkan meningkat pada tahun 2017 ini. Selama 10 tahun ini (Indonesia) lebih ke deindustrialisasi," ujar Rosan di Jakarta, Senin (27/11/2017).
Melihat kondisi tersebut, lanjut Rosan artinya sektor industri sebenarnya mengalami pertumbuhan, namun lebih lambat dibandingkan sektor-sektor lainnya. Hingga kuartal III 2017, sektor jasa masih menjadi andalan utama pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga: Perekonomian Indonesia Tidak Tergantung Pada Industri Rokok
Padahal, sektor jasa memiliki daya serap tenaga kerja lebih rendah rendah serta memiliki karakteristik lebih berorientasi pada urban area serta kawasan penopang.
Berbeda dengan karakteristik industri manufaktur yang memiliki daya serap tenaga kerja tinggi serta dapat dibangun di mana saja sesuai potensi daerah.
“Jadi seharusnya industri memiliki potensi berkontribusi bagi pemerataan pembangunan dan menggerakkan ekonomi masyarakat dan nasional," ujarnya.