Suara.com - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), saat ini tengah menyelesaikan 3 bendungan baru di Pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Ketiga bendungan itu adalah Tanju dan Mila, di Kabupaten Dompu, dan Bintang Bano di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB).
Kehadiran infrastruktur yang dibangun dengan biaya besar tersebut, salah satunya bertujuan untuk meningkatkan produksi padi Pulau Sumbawa, dari saat ini berkisar 3-4 ton/ha menjadi 5-6 ton/ha untuk padi konvensional dan 8-10 ton/ha dengan metode system of rice intecifiation (SRI).
Pembangunan ketiga bendungan tersebut merupakan bagian dari program pembangunan 65 bendungan pada 2015-2019, yang merupakan bagian dari Nawa Cita Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam mewujudkan ketahanan air dan kedaulatan pangan nasional.
Saat meninjau progres konstruksi Bendungan Bintang Bano minggu lalu, Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono mengatakan, akhir 2018 dijadwalkan sudah rampung dan awal 2019 dapat dilakukan penggenangan dan segera dirasakan manfaatnya. Progres konstruksi saat ini sudah 55,4 persen, dengan kapasitas tampungan 65,84 juta meter kubik, dan akan menjadi yang terbesar di NTB.
Bendungan Tanju ditargetkan akan bisa dilakukan penggenangan pada akhir 2017, dan Bendungan Mila pada 2018. Pembangunan keduanya merupakan bagian dari sistem irigasi Rababaka kompleks (SIRK). Rababaka sendiri merupakan nama sungai besar di Kabupaten Dompu yang cukup potensial untuk pengembangan pertanian beririgasi teknis di wilayah ini.
Namun karena keterbatasan lahan, maka potensi air yang relatif besar tersebut hanya dimanfaatkan untuk mengairi daerah irigasi (DI) Rababaka eksisting seluas 1.689 ha. Selebihnya tidak termanfaatkan dan terbuang ke laut hingga 40 juta m3 per tahun.
Sementara itu, di sebelah kanan Sungai Rababaka terdapat Sungai Tanju dan Sungai Mila yang memiliki aliran (inflow) kecil, namun areal irigasi relatif luas, yaitu lebih dari 2.350 ha dan kerap kekurangan air pada musim kemarau. Untuk mengatasi tantangan tersebut, Kementerian PUPR melalu Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara 1 melakukan pengelolaan ketiga sungai tersebut dalam satu sistem, yakni SIRK.
Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk menangkap dan mengalirkan air dari Sungai Rababaka sebesar 3,2 m3/dt, dengan cara membagi kapasitas air melalui saluran interbasin ke Sungai Mila dan mengisi tampungan Bendungan Mila sebesar 1,3 m3/detik dan sebagian lagi dialirkan ke Sungai Tanju sebesar 1,9 m3/detik, yang ditampung oleh Bendungan Tanju.
"Bendungan Tanju dan Mila tidak akan optimal tanpa adanya saluran interbasin," kata Basuki, beberapa waktu lalu.
Kapasitas tampung Bendungan Tanju 18,4 juta m3, akan mengairi area irigasi baru seluas 2.350 ha dan sumber air baku 50 lt/detik untuk sekitar 4.000 ribu sambungan rumah. Bendungan Mila berkapasitas 6,1 juta m3, yang akan dimanfaatkan untuk meningkatkan intensitas tanam, khususnya musim tanam III pada DI Rababaka seluas 1.689 ha.
Di samping Bendungan, pemerintah juga membangun Bendung Pengalih, saluran interbasin sepanjang 17 km dan bangunan pembagi aliran air ke masing-masing bendungan. Di sini terdapat 2 terowongan yang dibangun, yaitu terowongan I yang berada sebelum Bendungan Mila sepanjang 662 m dan terowongan II, yang dibangun sebelum Bendungan Tanju sepanjang 1,7 km. Keduanya berdiamter 3 m.
Terowongan I, saat ini sudah berhasil tembus namun untuk perkuatan dindingnya (pembetonan) akan dilakukan pada 2018, bersamaan dengan konstruksi terowongan II.
Poyek pembangunan Bendung Pengalih dan Saluran Interbasin untuk Bendungan Tanju dan Bendungan Mila dikerjakan oleh PT. Nindya Karya (Persero) secara multiyears 2013-2018, dengan alokasi anggaran sebesar Rp348,5 miliar. Alokasi anggaran tahun 2017 sebesar Rp119,1 miliar, dengan penyerapan keuangan Oktober sebesar 93 persen dan progres fisik 98 persen.