Pengamat Kritik Penataan Logistik Nasional Tak Memuaskan

Adhitya Himawan Suara.Com
Sabtu, 18 November 2017 | 15:12 WIB
Pengamat Kritik Penataan Logistik Nasional Tak Memuaskan
Presiden Jokowi meresmikan pusat logistik berikat di Cakung, Jakarta Timur, Kamis (10/3/2016). [Suara.com/Erick Tanjung]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ekonom Core, Moh Fadhil, mengatakan penataan logistik Indonesia belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Justru peringkat indeks logistik Indonesia menurun dibanding tahun lalu.

"Dibanding tahun lalu, indeks kita justru menurun. Ini berkebalikan dengan pembangunan infrastruktur kita yang tengah gencar dilakukan," kata Fadhil saat dihubungi Suara.com, Sabtu (18/11/2017).

Fadhil menengarai salah satu sebabnya, upaya perbaikan logistik baru menyentuh angkutan darat. Ini ditandai perbaikan jalan, pembangunan jalan tol baru, perbaikan jembatan dan lain sebagainya.

"Sementara logistik skala besar untuk kegiatan ekspor impor di pelabuhan, justru belum terlalu kelihatan," ujarnya.

Baca Juga: Menhub Optimis Pelabuhan Probolinggo Bisa Turunkan Biaya Logistik

Ia mencontohkan sejak masalah dwelling time mencuat tahun lalu, sampai saat ini belum terlihat progressnya. Belum lagi dengan budaya pungli yang masih kerap terjadi di berbagai pelabuhan. Praktek pungli yang melibatkan oknum kepabeanan dengan pihak importir turut memperlama proses administrasi logistik di pelabuhan.

"Saya kira masalah ini harus dicermati segera oleh pemerintah," tutupnya.

Jika dilihat dari biaya logistik nasional, kajian Bank Dunia bekerjasama dengan Pusat Kajian Logistik ITB pada tahun 2013, menunjukkan bahwa ratarata biaya logistik Indonesia selama tahun 2004-2011 mencapai 26,64 persen dari PDB. Dari biaya logistik tersebut komponen biaya angkutan memberikan kontribusi terbesar (12,04 persen dari PDB), sedangkan komponen biaya administrasi memberikan kontribusi terendah (4,52 persen dari PDB) dan kontribusi biaya persediaan berada di urutan menengah (9,47 persen dari PDB).

Biaya angkutan didominasi oleh angkutan darat (72,21 persen); angkutan kereta api (hanya 0,51 persen) memberikan kontribusi terendah, sedangkan biaya persediaan didominasi oleh biaya penyimpanan/holding cost (49,37 persen).

Baca Juga: Jokowi: Transportasi Logistik Jadi Kunci Bisnis dan Perdagangan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI