Suara.com -
Seorang workaholic bisa jadi contoh pekerja yang berdedikasi tinggi dan pekerja keras. Karier pun bisa cepat menanjak. Tapi, tahu nggak kalau jadi workaholic itu juga bisa bikin kantong nggak aman?
Nggak percaya? Ini kerugian jadi seorang gila kerja dan bagaimana menyikapinya:
Boros biaya obat dan rumah sakit
Dengan kebiasaan kerja yang di atas rata-rata jam kerja normal, kesehatan seorang workaholic pasti lebih rentan terganggu. Masih ingat kan beberapa berita tragis mengenai para pekerja yang nyawanya terenggut karena sebagian besar waktunya dihabiskan hanya untuk bekerja?
Kalau sudah sakit, pasti harus diobati. Beban pengeluaran karena pengobatan inilah yang bisa menggerogoti keuangan si workaholic. Apalagi kalau gaya bekerja yang tak kenal waktu itu terus diterapkan.
Keluar uang terus buat jajan dan delivery makanan
Saat lapar atau pengin beli sesuatu, lebih memilih jasa pesan antar atau delivery. Tahu sendiri, beli makan dengan jasa delivery pasti lebih mahal dibandingkan beli sendiri, kan?
Pekerja workaholic juga identik dengan kebiasaan begadang. Otomatis perut jadi lapar terus kan? Nah, ini yang akhirnya juga memicu aktivitas ngemil. Kalau udah begini, bujet beli camilan juga jadi besar dong.
Bayangin kalau sehari bisa mengeluarkan uang minimal Rp50 ribu khusus buat kebiasaan ini. Dikalikan 22 hari kerja sudah Rp1,1 juta. Bagaimana kalau sehari lebih dari Rp50 ribu?
Boros kuota internet
Seorang workaholic jarang tuh yang namanya pergi liburan atau hangout. Si workaholic biasanya lebih memilih buat memaksimalkan waktu untuk bekerja di depan laptop.
Weekend juga masih sibuk kerja, udah pasti mereka mengandalkan kuota internet di rumah. Akibatnya, tagihan internet rumah jadi lebih besar dibandingkan orang kebanyakan.
Daripada menghabiskan waktu terlalu banyak hanya buat kerja dan mengorbankan hal lain, lebih baik mulai deh ubah pola kerjamu mulai sekarang. Ini tipsnya:
Efektif memaksimalkan waktu 8 jam sehari
Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, setiap perusahaan hanya boleh mewajibkan karyawan untuk bekerja selama delapan jam sehari untuk lima hari kerja dan tujuh jam sehari bagi yang bekerja enam hari dalam seminggu.
Manusia punya batasan, bisa merasa lelah dan juga punya emosi yang bisa datang dan pergi tiba-tiba. Bekerja di atas delapan jam sehari bukan gak mungkin bisa membuat seseorang stres bahkan depresi.
Disiplin
Bisa membedakan, mana saat bekerja dan mana saatnya bersenang-senang. Saat jam kerja, optimalkan buat menyelesaikan semua pekerjaan terlebih dahulu. Jangan malah diselingi dengan hal-hal seperti maingames, ngegosip atau browsing online shop.
Boleh-boleh saja kalau hanya sejenak biar nggak terlalu jenuh, tapi kalau memakan waktu kerja, ya jangan dong! Kalau sudah begini, bukan nggak mungkinweekend juga jadi terpaksa kerja deh demi menyelesaikan deadline.
Sadari bahwa kita karyawan
Selama kita masih jadi karyawan, kita nggak akan naik kelas jadi pemilik perusahaan kalau masih bekerja untuk orang lain. Status bakal tetap jadi karyawan walaupun bekerja sekeras apa pun. Memang karier kita mungkin bisa menanjak lebih cepat, tapi status nggak berubah.
Jadi daripada bekerja terlalu keras buat perusahaan orang, lebih baik alihkan fokusmu untuk merintis bisnis sendiri. Ini bisa dimulai sebagai bisnis sampingan. Nanti setelah bisnismu berkembang, baru deh kamu resign dan fokus mengelola bisnismu.
Interaksi dengan sekitar itu nggak kalah pentingnya sama pencapaian karier atau besarnya gaji. So, mulai sekarang coba kerja cerdas ya, bukan kerja keras semata!
Baca juga artikel Duitpintar lainnya:
Ini 7 Tanda Kalau Pekerjaan Telah Mengambil Alih Hidupmu
Hari Gini Gak Memiliki Sikap Kompetitif Bisa Kegilas Loh
Mumpung Masih Muda Komit Lakuin Lima Hal Ini Buat Masa Depan Gilang Gemilang
Published by Duitpintar.com |