Eksis Selama 25 Tahun, Ini Strategi Bank Mayora

Adhitya Himawan | Dian Kusumo Hapsari
Eksis Selama 25 Tahun, Ini Strategi Bank Mayora
Peresmian kerjasama Bank Mayora dengan PT Summarecon Agung Tbk di Jakarta. [Suara.com/Adhitya Himawan]

Bank yang didirikan pada 28 Juli 1993 ini harus mengalami ujian terberat saat krisis 1998.

Suara.com - Tak terasa kehadiran PT. Bank Mayora di Indonesia sudah berusia 25 tahun. Namun, bank yang berada dibawah naungan Mayora Group ini tak pernah lelah untuk terus meningkatkan pelayanannya kepada nasabah.

Perjalanan Bank Mayora di industri perbankan mengalami proses siklus pasang surut yang semakin menguatkan keberadaannya di perbankan Indonesia. Bank yang didirikan pada 28 Juli 1993 ini harus mengalami ujian terberat saat terjadi krisis moneter di 1997-1998. Banyak Bank yang berguguran di masa itu.

Untunglah Bank Mayora sanggup bertahan dan kini menjadi salah satu bank yang sehat dan tidak memerlukan rekapitalisasi. Keberhasilan untuk bertahan adalah karena Bank Mayora adalah bank yang mengelola usaha berdasarkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik yang selalu menganut prinsip profesionalisme, transparansi, tanggung jawab, akuntabilitas dan kewajaran.

"Dengan terus memberikan pelayanan terbaik pada nasabah, khususnya di segmen ritel dan konsumer, membuat Bank MAYORA terus berkembang dan mendapat kepercayaan dari nasabah,"kata Direktur Utama Bank Mayora, Irfanto Oeij, saat dihubungi Suara.com, Kamis (16/11/2017).

Baca Juga: 2017, Bank Mayora Investasi Rp30 Miliar untuk Teknologi Informasi

Terlebih sejak memperoleh status sebagai Bank Umum Devisa melalui Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 15/5/KEP.DpG/2013 tanggal 7 Mei 2013, akselerasi pertumbuhan Bank MAYORA kian bertambah.

Keeksisannya didunia perbankan terus dibuktikan, salah satunya pada 2015, International Finance Corporation melakukan investasi penyertaan modal sebesar Rp290miliar atau 22 juta dollar Amerika Serikat ke Bank MAYORA.

Tambahan modal dari lembaga keuangan yang merupakan anggota Kelompok Bank Dunia akan semakin memperkuat struktur permodalan dan mendukung Bank MAYORA memperluas pembiayaan bagi usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia.

Ditambah lagi, pada Maret 2016, Bank MAYORA secara resmi masuk bank kategori BUKU II atau bank dengan modal inti Rp1 triliun – Rp5 triliun, yang membuat lini bisnis Bank MAYORA menjadi kian beragam. Bank MAYORA mulai merambah lini bisnis baru, antara lain bancassurance dan wealth management.

Bank Mayora pun sudah memiliki strategi untuk meningkatkan kinerja. Strategi pertama adalah peningkatan sumber daya manusia,infrastruktur, produk dan penguatan tata kelola dan manajemen risiko perusahaan.

Baca Juga: Bank MAYORA Dukung HUT Ke - 2 RPTRA Kenanga

"Dengan empat strategi tersebut, Bank Mayora dapat mencapai keberhasilan. Salah satunya adalah hingga akhir tahun 2016, total aset Bank Mayora mencapai Rp5,35 triliun," ujarnya.

Kinerja Bank MAYORA pun telah diakui oleh berbagai pihak dengan diraihnya penghargaan dari pihak independen, antara lain meraih predikat “Sangat Bagus” di ajang Infobank Award 2016 yang diadakan di bulan Agustus.

Bank MAYORA juga berhasil tercatat sebagai Bank dengan Tingkat Efisiensi terbaik dengan menerima The Most Efficient Bank Bisnis Indonesia Award pada Oktober 2016. Prestasi lain yang tak kalah membanggakan adalah diperolehnya 6 penghargaan sekaligus dalam ajang Anugerah Perbankan Indonesia 2016 dan menjadi salah satu perusahaan dengan Tata Kelola Perusahaan yang sehat, transparan dan profesional dalam Indonesian GCG Award 2016 (IGCGA).

Berikut ini jejak langkah Bank Mayora sejak masa reformasi 1998 :

1998
Bank MAYORA termasuk salah satu Bank kategori A yang tidak memerlukan rekapitalisasi oleh pemerintah RI pascakrisis moneter tahun 1998.
2006
Bergabung ke jaringan ATM Bersama.
2009
Penambahan modal disetor yang dilakukan secara bertahap dalam kurun waktu 1993- 2009 telah meningkatkan modal disetor menjadi Rp 96 Miliar pada akhir tahun 2009.
2010
Memulai pengembangan EDC.
2011
● Meningkatkan jumlah jaringan distribusi secara drastis dengan menambah 9 kantor cabang pembantu dan 6 kantor kas.
● Mulai mengoperasikan EDC sebagai bagian dari e-channel.
● Peningkatan modal disetor menjadi Rp161 miliar.

2012
● Mulai mengoperasikan ATM milik sendiri yang terhubung ke dalam jaringan ATM Bersama
● Mulai mengembangkan segmen Mikro
● Memulai proyek penggantian Core-Banking System.
● Peningkatan modal disetor menjadi Rp300 miliar

2013
● Memperoleh ijin sebagai Bank Devisa.
● Peningkatan modal disetor menjadi Rp385 Miliar.

2014
● Mulai memasuki segmen Kredit Pensiunan.
● Total jumlah jaringan kantor sebanyak 35 kantor.
● Total jumlah ATM sebanyak 36 unit.
● Peningkatan modal disetor menjadi Rp 585 miliar.


2015
● Masuknya International Finance Corporation (IFC) sebagai salah satu pemegang saham.
● Total jumlah jaringan kantor sebanyak 38 kantor,
● Total jumlah ATM sebanyak 44 unit.
● Migrasi Core-Banking System.

2016
* Perubahan status dari Bank BUKU I menjadi Bank BUKU II
* Masuk ke segmen bisnis bancassurance dan wealth management
* Total 40 kantor
* Total jumlah ATM sebanyak 51 unit.
* Total jumlah EDC sebanyak 1.287 unit.K