Suara.com - Hawa dingin yang muncul dari hembusan angin AC cukup menusuk kulit di lantai 2 Gedung Primary Satelite Control (PSFC) milik PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk, di kawasan Ragunan, Jakarta Selatan. Namun dinginnya suhu ruangan seolah tak mengusik sekitar enam atau tujuh orang yang sedang memelototi layar komputer dengan serius.
Salah seorang diataranya, pria muda berkemeja biru muda nampak memanggil rekannya, wanita muda berjilbab. Wanita tersebut menggeser kursinya yang beroda mendekati rekannya. Mereka nampak berdiskusi dengan santai.
Sejumlah layar komputer terus menampilkan angka-angka yang selalu berubah. Sebagian menampilkan grafik juga kadang menunjukkan tren naik atau turun. Semua kesibukan tersebut tersaji di hadapan Suara.com yang menyaksikan dengan seksama dari balik dinding kaca.
Hari itu, Senin (23/10/2017), Suara.com cukup beruntung diberikan kesempatan menyaksikan aktivitas di ruang kontrol, satelit milik BRI, yaitu BRISat. “Aktivitas di ruang ini harus terus berjalan selama 24 jam non stop, tujuh hari dalam seminggu. Walau akhir pekan atau tanggal merah, jam berapapun pasti ada yang giliran bertugas,” kata Nugroho Pancayogo, Kepala Bagian Operasional Wide Area Network Divisi Satelite BRI, yang mendampingi Suara.com.
Baca Juga: Satelit BRISat, Lebih Efisien atau Lebih Boros?
Sayangnya, Suara.com hanya diperbolehkan menyaksikan kesibukan dari balik dinding kaca. Ruang kontrol itu sendiri tak terlalu besar, hampir sama dengan ukuran ruangan yang biasa dipergunakan untuk kuliah di gedung-gedung perguruan tinggi. Menurutnya, seiring perkembangan zaman, proses kontrol terhadap pergerakan satelit tak lagi begitu banyak membutuhkan perangkat keras seperti pada zaman dulu.
“Cuma pergerakan satelit yang kami pantau dari ruangan ini yang bentuknya berupa angka-angka. Jadi bukan tampilan dalam artian visual yang seperti orang awam kira. Kami harus memastikan pergerakan angka-angka itu tidak melampaui batas yang sudah ditentukan dalam perhitungan kami supaya pergerakan satelit BRISat tetap terarah,” ujarnya.
Keberadaan gedung PSFC BRI memang tak terlalu terlihat dari pinggir jalan raya Ragunan. Gedung ini berada di bagian belakang dari komplek gedung Corporate University BRI. Gedung PSFC ini tak terlalu besar dan tinggi. Namun ada 5 antena parabola cukup besar bertuliskan BRIsat menghiasi atap gedung tersebut.
Usai menghadiri touring di ruang kontrol satelit BRISat, Suara.com diajak mengunjungi gedung Teknologi Informasi BRI yang terletak di lokasi paling belakang. Gedung ini lebih tinggi dan lebih besar dari gedung PSFC BRI.
Baca Juga: Satelit Rusak, Nasabah Bank Jadi Pusing
Dalam gedung Teknologi Informasi BRI, ternyata terdapat ruangan Network Operation Center (NOC) yang terletak di lantai tiga. Disinlah pusat kendali pengaturan sinyal yang diterima dari BRISat dipastikan bisa diterima dengan baik oleh seluruh jaringan layanan BRI, mulai dari kantor pusat, kantor cabang utama, kantor cabang pembantu, Teras BRI Mobile, Teras BRI Kapal, anjungan tunai mandiri, sampai layanan laku pandai BRI alias Brillink.
“Jadi kalau di ruangan tadi kan pusat pengaturan satelitnya. Nah di ruangan yang ini, inilah pusat pengendalian layanan BRI yang menerima sinyal dari satelit BRISat,” jelas Yogo.
Untunglah di ruangan NOC ini, Suara.com dipebolehkan masuk ke dalam ruangan. Berbeda dengan ruang kontrol BRISat tadi, ruangan ini jauh lebih besar dengan ratusan personal computer (PC). Namun tak semua PC terisi orang, cukup banyak juga, mencapai separuh yang kosong.
Sama seperti ruangan pusat kontrol BRISat, sistem kerja dalam ruangan NOC ini juga beroperasi 24 jam serta tujuh hari dalam seminggu. Selalu ada giliran bertugas pada jam berapapun. “Cuma yang giliran siang memang paling banyak yang bertugas. Karena memang pada jam-jam begini inilah layanan transaksi BRI sedang sibuk,” tambahnya.
Hanya saja walaupun diperbolehkan masuk, Suara.com tak diperkenankan mengambil gambar berbagai objek benda yang ada di dalam dari dekat. Suara.com hanya diperbolehkan mengambil gambar dari balik dinding kaca ruangan NOC.
Yogo menjelaskan bahwa keamanan dan kerahasiaan ruangan pusat kontrol satelit BRI maupun ruangan NOC memang menjadi prioritas penting dan sensitif. Bahkan ia mengakui bahwa tidak banyak karyawan BRI sendiri sekalipun yang diperbolehkankeluar masuk begitu saja. Hanya pegawai-pegawai yang memang bertugas di unit bersangkutan yang diberikan akses penuh.
“Karena segala informasi yang terkait satelit ini memang sensitif,” jelasnya.
Pengembangan Teknologi Perbankan BRI dengan BRISat
Kepala Divisi Satelit dan Operasional BRI Mediatomo Sutyarjoko, membeberkan sejumlah rencana pengembangan BRI setelah memiliki BRISat. Menurutnya, keberadaan BRISat sangat terasa manfaat saat kini BRI tengah memaksimalkan layanan perbankan tanpa kantor alias Laku Pandai ke berbagai pelosok Indonesia.
Saat ini banyak wilayah pelosok Indonesia bahkan belum dimasuki jaringan telepon seluler, termasuk dari Telkomsel. Dengan adanya BRISat, BRI bisa memasang wifi di daerah terpencil dan bisa dipergunakan oleh agen Brillink. Dulu, BRI terkendala harus menunggu rencana provider bersangkutan untuk membangun tower di wilayah tersebut agar bisa dimasuki sinyal seluler.
“Sebetulnya dengan sewa satelit bisa, tapi biayanya jadi mahal. Sekarang BRI bisa kembangkan ini dengan lebih maksimal karena biayanya sudah turun jauh,” katanya dalam wawancara khusus dengan Suara.com, Senin (23/10/2017).
Meiditomo mencontohkan BRI telah membangun jaringan Brillink di Pulau Miangas, Sulawesi Utara. Jika menunggu ada provider membangun menara BTS di pulau tersebut, pasti akan sulit dan lama. Sebab provider enggan membangun menara BTS di pulau kawasan pinggiran Indonesia tersebut karena dianggap tak menguntungkan secara bisnis
“Nah sekarang dengan VSAT yang kita taruh disitu, jaringan layanan kita sudah masuk disitu. Kita juga udah taruh juga di Aceh dan Papua. Sejak BRISat meluncur, kita sudah menaruk 12 ribu VSAT di seluruh Indonesia,” ujarnya.
VSAT atau kepanjangannya adalah Very Small Aperture Terminal merupakan stasiun penerima sinyal dari satelit dengan antena penerima berbentuk piringan dengan diameter kurang dari tiga meter. Fungsi utama dari VSAT adalah untuk menerima dan mengirim data ke satelit. Satelit berfungsi sebagai penerus sinyal untuk dikirimkan ke titik lainnya di atas bumi.
VSAT adalah bentuk kemajuan dalam tren untuk mereduksi ukuran gorund segment (stasiun bumi) pada komunikasi satelit. VSAT terletak di akhir jalur komunikasi satelit dimana VSAT ini menawarkan berbagai macam layanan komunikasi. VSAT merupakan stasiun kecil berdiameter tak lebih dari 2 x 4 meter. Dengan ukuran antena yang bisa di bilang realtif kecil, VSAT sangat popular digunakan untuk kebanyakan aplikasi.
Akhir tahun 2018, BRI menargetkan bisa menaruh 25 ribu VSAT di seluruh pelosok-pelosok Indonesia. Ini akan sangat memudahkan BRI membuka berbagai unit layanan di seluruh Indonesia. Walaupun proses ini akan membutuhkan waktu secara perlahan-lahan.
Selain itu, setelah memiliki BRISat, bank pelat merah tersebut sedang melakukan proses migrasi dari aplikasi tradisional ke digital. Ada dua merek yang tengah dikembangkan, yakni BRI spot dan MyBRI. Keberadaan aplikasi MyBRI membuat proses pengajuan kartu kredit oleh calon nasabah yang semula berhari-hari, bisa jadi kurang dari satu hari.
Sementara dengan aplikasi BRI spot, agen Brillink bisa melakukan proses persetujuan pengajuan kredit dari calon debitur di daerah terpencil tidak perlu memakan waktu berhari-hari. Bahkan kelak tidak lagi diperlukan banyak tatap muka. Untuk kebutuhan collateral kredit, agen Brillink bisa memfoto aset yang dijadikan agunan dalam pengajuan kredit.
“Itu semua butuh kapasitas bandwidth yang cukup supaya menghasilkan layanan yang cepat. Ini bisa dikembangkan maksimal setelah kita memiliki BRISat,” tutupnya.
Mengutip laporan keuangan BRI kuartal III 2017 yang dipublikasikan melalui Bursa Efek Indonesia, BRI mengalokasikan pemanfaatan 144 MHz kapasitas transponder BRISat kepada beberapa instansi pemerintah yang telah dievaluasi dan disetujui oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. Adapun instansi pemerintah yang dapat memanfaatkan kapasitas tersebut adalah Tentara Nasional Indonesia (TNI), Badan Intelijen Negara (BIN), Badan Keamanan Laut (Bakamla), Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) dan Kementerian Keuangan.