Satelit BRISat, Lebih Efisien atau Lebih Boros?

Adhitya Himawan Suara.Com
Rabu, 15 November 2017 | 17:55 WIB
Satelit BRISat, Lebih Efisien atau Lebih Boros?
Direktur Digital Banking & Technology Bank Mandiri, Rico Usthavia Frans. [Suara.com/Adhitya Himawan]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Selanjutnya BRISat dijadwalkan diluncurkan pada Sabtu, (18/10/2016). Sayangnya wilayah Kourou dilanda tekanan angin yang begitu besar. Akibatnya satelit BRISat mengalami penundaan untuk ketiga kalinya.

BRI bukan cuma bank. Kita juga perusahaan yang membutuhkan teknologi, terutama dalam hal telekomunikasi yang bagus. Terutama untuk memperkuat layanan kita hingga pelosok-pelosok Indonesia. Dengan demikian, ketersediaan infrastruktur untuk menopang hal itu melalui kepemilikan satelit sendiri menjadi hal yang penting bagi BRI,” kata Direktur Operasional BRI, Indra Utoyo, menjelaskan alasan pembelian BRISat, kepada Suara.com, di kantor pusat BRI, Jakarta Selatan, Rabu (18/10/2017).

Menurutnya, ada tiga manfaat BRI memiliki BRISat. Pertama, BRI memiliki ketersediaan kapasitas bandwidth untuk melayani kebutuhan bisnis perbankan dalam jangka panjang. Kedua, BRI memiliki fleksibilitas waktu kapanpun dan dimanapun untuk mengatur infrastruktur teknologi informasinya dibanding masih menyewa satelit perusahaan lain.

“Ketiga, lebih memuaskan harapan customer. Dengan satelit sendiri, BRI bisa menyediakan bandwidth yang dibuthkan kantor-kantor cabang sesuai kebutuhan. Demikian kami bisa memberikan layanan yang cepat kepada nasabah,” tuturnya.

Baca Juga: "BRIIndocomtech 2017" Berakhir Sukses

BRI Klaim Lebih Hemat 40 Persen dengan BRISat

Keputusan BRI membeli satelit sendiri memang cukup mengejutkan.Maklum saja, belum pernah ada sejarahnya bank membeli, memiliki, dan mengoperasikan satelit sendiri. Tak hanya di Indonesia, bahkan di seluruh dunia sekalipun tidak ada bank yang memiliki satelit sendiri.

Gedung Primary Satellite Control Facility BRI di Ragunan, Jakarta Selatan. [Suara.com/Adhitya Himawan]

BRI membeli satelit BRISat dengan merogoh kocek senilai 220 juta Dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp2,5 triliun jika menggunakan kurs Rupiah pada saat itu. “Biaya ini untuk 45 transponder, tinggal dibagi 220 juta Dolar AS dibagi 45, sekitar 4 juta Dolar AS. Itu dibagi lagi dalam berapa tahun. Itu jauh lebih efisien dibanding kita sewa 350 ribu Dolar AS per transponder,” ujarnya.

Sebelumnya, bank BUMN tersebut harus menyewa transponder satelit dari beberapa perusahaan komunikasi di Indonesia. Setiap tahun, BRI mengeluarkan biaya sekitar Rp500 miliar untuk biaya sewa transponder satelit

Baca Juga: Ramaikan Muktamar DMI, BRISyariah Sediakan Bermacam Hadiah

Terkait biaya operasional dan pemeliharaan, termasuk penyediaan SDM, Indra menegaskan tak semuanya ditangani sendiri oleh BRI. Walaupun BRISat menjadi milik BRI, namun untuk operasional dan pemeliharaan tetap menggandeng partner seperti PT Telkom dan PT Mitra Saruta Indonesia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI