APTI: Penurunan Produksi Rokok Ancam Petani Tembakau

Liberty Jemadu Suara.Com
Kamis, 09 November 2017 | 04:09 WIB
APTI: Penurunan Produksi Rokok Ancam Petani Tembakau
Ilustrasi ladang tanaman tembakau. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) khawatir produksi rokok yang terus turun akan berdampak terhadap menurun serapan tembakau petani. Ketua Umum APTI Suseno, di Semarang, Rabu (8/11), mengatakan, produksi rokok terus mengalami penurunan pada beberapa tahun terakhir.

Produksi rokok pada 2016 tercatat mencapai 340 miliar batang. Jumlah tersebut akan mengalami penurunan pada tahun ini menjadi sekitar 333 miliar batang.

"Penurunan itu dikhawatirkan akan berdampak terhadap penurunan serapan tembakau petani oleh pabrik rokok," katanya lagi.

Saat ini, lanjut dia, luasan lahan tembakau yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia mencapai 210.000 hektar. Dengan luasan lahan sebesar itu saja, kata dia, produksi tembakau nasional masih belum bisa memenuhi kebutuhan pabrik rokok.

Sebagian kekurangan tembakau diperoleh melalui impor, khususnya untuk tembakau jenis tertentu. Ia mencontohkan tembakau jenis Virginia FC masih harua diimpor karena produksi nasional belum bisa memenuhi.

Rata-rata impor tembakau nasional, jelas dia, mencapai sekitar 120.000 ton per tahun. Industri rokok juga diperberat dengan terua dinaikkan target penerimaan negara dari sektor cukai.

Menurut dia, target penerimaan cukai rokok pada 2018 diproyeksikan naik sekitar Rp10,04 triliun dari target tahun ini sekitar Rp150 triliun. Naiknya target penerimaa cukai di tengah turun produksi rokok nasional dikhawatirkan juga akan berdampak terhadap kenaikan harga jual rokok.

"Kalau harga rokok naik dikhawatirkan akan memicu muncul rokok-rokok palsu tanpa cukai," katanya pula.

Karena itu, ia mengharapkan campur tangan pemerintah berkaitan dengan kebijakan pertembakauan yang berpihak pada petani. Jumlah petani tembakau dari hulu hingga hilir yang bergantung pada komoditas itu mencapai 2 juta jiwa.

Ia menjelaskan asaran kebijakan pembatasan rokok tidak hanya menyasar pada perokoknya, tetapi kini sudah menyasar ke sisi pemasoknya.

"Kalau tidak ada tembakau, tidak ada rokok," pungkas dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI