Pertumbuhan Ekonomi 2017 ke 2018 Diprediksi Hanya Naik 0,2 Persen

Senin, 30 Oktober 2017 | 13:35 WIB
Pertumbuhan Ekonomi 2017 ke 2018 Diprediksi Hanya Naik 0,2 Persen
Faisal Basri. [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pengamat Ekonomi dari Universitas Indonesia Faisal Basri memprediksikan pertumbuhan ekonomi di akhir 2017 hanya lima persen. Sementara di akhir 2018 sebesar 5,2 persen.

“Dengan mempertimbangan analisa IMF yang baru keluar Oktober ini dan membandingkan kondisi ekonomi nasional saat ini, maka hitungan saya tahun ini ekonomi tumbuh di angka 5,0 persen dan tahun depan 5,2 persen,” kata Faisal di Jakarta, Senin (30/10/2017).

Berdasarkan keputusan IMF, Faisal menyebut, proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini dinaikkan dari 3,5 persen menjadi 3,6 persen. Seluruh negara di-upgrade termasuk Indonesia pada April 2017 dari 5,1 persen menjadi 5,2 persen, termasuk Cina dari 6,7 persen menjadi 6,8 persen.

"Perdagangan dunia juga dinaikkan, proyeksi tahun lalu dari 2,4 persen menjadi 4,2 persen. Kemudian industri manufaktur dunia saat ini sedang digambarkan bergairah. Bakan, kepercayaan konsumer mengalami kenaikan lumayan bagus. Untuk semua kelompok lini ekonomi cukup bagus," katanya.

Baca Juga: Faisal Basri Kritik Jokowi Ambisius Pasang Target Pajak

Namun, Faisal menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia justru melambat, di mana kesimbangan semakin rendah. Bahkan, ada indikasi penurunan konsumsi menengah ke atas. Bukan menurun daya beli tapi mereka gandrung menabung.

“Itu yang aneh terutama sejak Pilkada Jakarta. Sisi pendapatan yang ditabung naik dari 18,6 persen ke 20,77 persen Kajian Mandiri menyebut sampai 21,7 persen, karena masyarakat menunggu ketidakpastian," katanya.

Selain itu, lanjut Faisal soal rendahnya angka penyaluran kredit perbankan di Indonesia. Persentasenya baru 46,7 persen dari PDB. Padahal di negara lain sudah berada di atas 100 persen.

"Dibanding negara-negara lain yang sudah di atas 200 persen kita masih 40 persen-an. Mudah-mudahan dengan adanya fintech bisa naik, setidaknya mendekati 60 persen seperti sebelum krisis. Sehingga laporan bisa lebih akurat," tutur Faisal.

Oleh sebab itu, Faisal mengingatkan kepada pemerintah dalam mengambil kebijakan di bidang ekonomi harus lebih tepat. Agar, pertumbuhan ekonomi di Indonesia bisa lebih baik dan mampu bersaing dengan negara lain.

Baca Juga: Malaysia Hapus Pajak Penulis, Indonesia Kenakan 15 Persen

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI