Pergerakan harga rumah sekunder di wilayah Surabaya pada kuartal III 2017 relatif telah menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Pembangunan properti sepanjang tahun ini diperkirakan mengarah ke Surabaya Barat.
"Meskipun demikian dengan pembangunan infrastruktur yang hampir merata di semua wilayah Surabaya memberikan pergeseran wilayah pasar yang melebar dari pusat kota Surabaya ke hampir semua wilayah Surabaya," kata CEO Indonesia Property Watch (IPW), Ali Tranghanda, di Jakarta, Kamis (26/10/2017).
Potensi pembangunan Jalan Lingkar Luar Barat (JLLB) yang membentang dari utara ke selatan akan menghubungkan banyak fasilitas strategis di Surabaya Barat yang akan berdampak langsung terhadap perkembangan properti di sekitarnya termasuk pergerakan harga tanah yang berdampak juga bagi pergerakan pasar perumahan sekunder. Juga dengan Jalan Lingkar Luar Timur (JLLT) yang akan membentang di enam kecamatan, yaitu Kenjeran, Bulak, Mulyorejo, Sukolilo, Rungkut, dan Gunung Anyar membuat lokasi-lokasi di sekitar titik-titik simpul infrastruktur diperkirakan akan mendongkrak perkembangan harga tanah dipicu oleh perkembangan pasar properti di wilayah sekitarnya.
Baca Juga: IPW Sebut Penjualan Rumah di Wilayah Banten Anjlok 25 Persen
"Belum lagi potensi pembangunan jalan di Middle East Ring Road (MERR) Surabaya yang sempat terhenti sampai Gunung Anyar UPN diperkirakan akan dilanjutkan lagi pada 2018. Jalur sisa ini bakal lebih lebar karena didesain untuk delapan lajur kendaraan," ujarnya.
Berdasarkan riset dan analisis yang dilakukan Indonesia Property Watch, pertumbuhan harga rumah sekunder di kota-kota besar di Indonesia mengalami kenaikan bervariasi termasuk Surabaya yang mengalami kenaikan 1,03 persen pada Q3-2017. Meskipun kenaikan ini masih relatif landai, namun lebih tinggi dari pergerakan harga rumah sekunder di Jakarta yang hanya bergerak 0,55 persen. Kenaikan juga terjadi di harga tanah rumah sekunder sebesar 1,27 persen dibandingkan dengan Jakarta sebesar 1,09 persen.
"Pasar Surabaya diyakini banyak pihak lebih kondisuf dibandingkan dengan Jakarta saat ini. Hal ini yang membuat para investor lebih nyaman untuk berinvestasi di Surabaya dibandingkan kota-kota lain," tambahnya.
Surabaya Barat masih menunjukkan pertumbuhan tertinggi sebesar 1,38 persen, diikuti Surabaya Timur 1,25 persen, Surabaya Pusat 1,02 persen, Surabaya Selatan 0,92 persen, dan terendah di Surabaya Utara sebesar 0,57 persen. Pergerakan ini belum sepenuhnya sejalan dengan aktivitas transaksi di pasar rumah sekunder, meskipun pergerakan mulai terlihat di Surabaya Timur untuk rumah-rumah tipe menengah.
Tidak hanya di pasar sekunder, permintaan rumah di pasar perumahan primer pun mengalami kenaikan di wilayah ini, menyusul lebih bervariasinya segmen rumah yang ditawarkan di wilayah ini. Karenanya selain Surabaya Barat dan Surabaya Selatan, wilayah Surabaya Timur ini pun menyimpan potensi pertumbuhan yang lebih tinggi lagi ke depan.
Baca Juga: IPW Minta BI dan OJK Paksa Bank BUMN Turunkan Bunga KPR