Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Farmasi Indonesia, Dorodjatun Sanusi, mengatakan pertumbuhan penjualan industri farmasi akhir tahun ini masih sulit diprediksi. Realisasi data penjualan Semester I 2017 belum bisa bicara banyak.
"Karena realisasi penjualan Semester I 2017, itu pengiriman obat dari order baru saja dilakukan," kata Sanusi saat dihubungi Suara.com, Sabtu (21/10/2017).
Namun ia memprediksi pertumbuhan penjualan industri farmasi akhir tahun ini sekitar 7,4 - 7,5 persen dibanding akhir tahun 2016. Menurutnya, pertumbuhan penjualan industri farmasi biasa saja.
Baca Juga: Universitas Indonesia Kembangkan Inovasi Farmasi Halal
Walaupun pemerintah sudah memberlakukan kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional, namin efeknya kecil dalam mendongkrak penjualan obat industri farmasi. Karena kebijakan JKN hanya mengcover obat-obatan segmen tertentu.
"Dan value segmen obat-obatan ini kecil," tuturnya.
Berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) tahun 2015-2035, industri farmasi dan bahan farmasi merupakan salah satu sektor andalan yang berperan besar sebagai penggerak utama perekonomian di masa yang akan datang. Kementerian Perindustrian mencatat, industri farmasi berkontribusi sebesar Rp54,4 triliun terhadap PDB nasional dan mampu menyerap tenaga kerja lebih dari 40 ribu orang.
Bahkan, dalam kelompok industri kimia, farmasi dan obat tradisional, sektor ini mengalami pertumbuhan cukup tinggi mencapai 7,38 persen pada kuartal II tahun 2017 atau setelah perolehan industri logam.
Baca Juga: Pengamat Farmasi Sebut Ini Alasan Obat Terlarang Tetap Beredar