Keberhasilan Cina membangun kereta api cepatnya ini menjadi bukti penguasaannya yang baik dalam inovasi teknologi angkutan massal berbasis rel yang tak kalah dari bangsa-bangsa maju lain di dunia.
Bahkan, B.R.Deepak, akademisi Universitas Jawaharlal Nehru India, berpendapat kereta cepat merupakan inovasi teknologi yang turut mendorong pertumbuhan ekonomi langgeng Tiongkok disamping "Alipay, program berbagi sepeda, dan belanja online" (Xinhua, 2017).
Dipandang dari kualitas produk, kereta cepat buatan Cina ini tak dapat dipandang sebelah mata karena terbukti aman dan nyaman serta telah pernah ditawarkan kepada sedikitnya 20 negara, termasuk Amerika Serikat, Rusia dan Brasil (Zhao Lei, 2015).
KA Jakarta-Bandung Bagi Indonesia, kereta cepat buatan Cina ini akan membuka era baru sistem angkutan massal berbasis rel di negara berpenduduk 250 juta jiwa itu jika proyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung dapat diselesaikan sesuai rencana.
Baca Juga: Seperti Apa Stasiun Kereta Cepat di Cina?
Optimisme menyertai perjalanan panjang proyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung ini menyusul laporan Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional Partai Komunis China yang disampaikan kepada wartawan dalam dan luar negeri Cina hari Sabtu (21/10).
Komisi ini menyatakan proyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung dan proyek kereta Tiongkok-Laos, Thailand, serta Hongaria dan Serbia dalam kerangka kerja sama Inisiatif Sabuk Ekonomi Jalur Sutra dan Jalur Sutra Maritim mengalami kemajuan positif.
Terkait dengan proyek pembangunan kereta api cepat Jakarta-Bandung ini, Direktur Bisnis Asia China Railway Group Limited (CREC) Li Jianping mengatakan dia yakin pembangunan proyek infrastruktur tersebut akan selesai sesuai jadwal pada akhir 2019.
"Proyeknya terus berjalan sesuai jadwal dan sesuai harapan pemerintah kedua negara. Tahun ini kami memang fokus pada pembebasan lahan sebagai tahap persiapan konstruksi," katanya saat menerima kunjungan wartawan ASEAN September lalu.
Wakil Presiden M. Jusuf Kalla sendiri telah pun mendorong badan usaha milik negara di Indonesia dan Tiongkok yang tergabung dalam konsorsium PT Kereta Api Cepat Indonesia China (KCIC) agar segera menuntaskan hambatan pembebasan lahan ini.
Baca Juga: Tiongkok Yakin Kereta Cepat Jakarta-Bandung Selesai Akhir 2019
Penyelesaian masalah pembebasan lahan tersebut, menurut Wapres Jusuf Kalla, penting agar pembangunan proyek senilai 6,07 miliar dolar Amerika Serikat itu dapat segera dilaksanakan.