Keputusan menutup bandara, lanjut dia, sangat ditentukan oleh arah angin yang dapat membawa sebaran abu vulkanik.
Apabila terjadi erupsi yang menyemburkan abu vulkanik, namun sebaran abu yang terbawa angin tidak mengarah ke wilayah udara bandara, lanjut Agus, maka operasional penerbangan di Bandara I Gusti Ngurah Rai masih bisa dilakukan dengan cara menghindari wilayah sebaran.
Agus menegaskan apabila masyarakat melihat cuaca cerah, bukan berarti wilayah udara di sekitar bandara steril dari lapisan abu vulkanik, apabila dalam kondisi terjadi erupsi dan angin membawa sebaran abu tersebut menuju wilayah udara bandara.
Lapisan abu vulkanik, lanjut dia, dapat membahayakan bagi penerbangan karena dapat mengganggu mesin pesawat dan mengganggu instrumen hingga mengikis badan pesawat udara yang tengah terbang dengan kecepatan tinggi.
Baca Juga: Ngurah Rai Akan Ditutup Jika Erupsi Gunung Agung Meningkat
"Oleh karena itu kami tidak mau ambil risiko. Apabila arah angin membawa abu vulkanik ke wilayah bandara, maka bandara harus ditutup," ucapnya.
Sementara itu General Manajer Bandara I Gusti Ngurah Rai Yanus Suprayogi mengatakan hingga saat ini penerbangan masih berjalan normal meskipun aktivitas Gunung Agung meningkat menjadi awas.
Rata-rata jumlah penumpang per hari di bandara itu, lanjut Yanus, mencapai 50 hingga 60 ribu orang, baik domestik maupun internasional. (Antara)