Pengelolaan sampah plastik di Indonesia menjadi masalah kronis, bahkan telah menjadi isu global. Berdasarkan data dari Jambeck (2015) diperkirakan 3,32 juta metrik ton limbah plastik di Indonesia belum terkelola baik dimana 0,48-1,29 juta metrik ton masuk ke laut.
Berangkat dari kondisi yang memprihatinkan tersebut, Menteri Koordinator (Menko) Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan bersama dengan Menteri Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono bersinergi bersama-sama untuk mencari solusi terhadap persoalan limbah plastik tersebut melalui inovasi teknologi. Jawabannya adalah campuran beraspal menggunakan limbah plastik atau aspal campur plastik hasil penelitian Badan Penelitian Pengembangan (Balitbang) PUPR.
"Sampah plastik ini muaranya ke laut, inilah mengapa Menko Kemaritiman yang bergerak. Kalau sampah botol dicari orang, tetapi sampah kantong plastik kresek tidak ada nilai ekonomisnya. Sekarang kita coba agar sampah plastik itu punya nilai ekonomi yang tinggi," kata Menteri Basuki saat bersama Menteri Kordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan melihat langsung penerapan Teknologi Campuran Beraspal Menggunakan Limbah Plastik di Jalan Sultan Agung, Bekasi Jawa Barat, pada Sabtu (16/9/2017).
Baca Juga: Kementerian PUPR Bangun Tanggul untuk Atasi Rob di Semarang
Menurut Menteri Basuki, sebenarnya penelitian pemanfaatan limbah plastik sudah mulai dilakukan sejak 2008 oleh Balitbang PUPR. Kemudian atas inisiatif Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, penelitian ini terus dikembangkan dan diintensifkan sejak awal tahun 2017. "Kami sudah melakukan ujicoba penerapan hasil penelitian tersebut di jalan dengan volume lalu lintas rendah di Universitas Udayana Bali sepanjang kurang lebih 700 meter pada 18-19 Juli 2017. Hasilnya ternyata cukup baik. Untuk itu, sekarang kami coba di Jalan Sultan Agung Bekasi sepanjang 2 km dengan kepadatan lalulintas yang tinggi," katanya.
Menteri Basuki juga menyebut setelah ujicoba di Kota Bekasi, teknologi aspal plastik akan diterapkan di beberapa tempat lainnya, seperti Cilincing, Surabaya, Medan dan pada rest area ruas tol Tangerang-Merak.
Untuk itu perlu dukungan dari pemangku kepentingan terkait, seperti Kementerian Perindustrian dan Pemerintah Daerah untuk menyiapkan rantai pasok (supply chain) karena limbah plastik kresek sebagai campuran aspal perlu dicacah terlebih dahulu sehingga untuk pemanfaatan lebih luas perlu ketersediaan pasokan.
"Di bawah koordinasi Menko Kemaritiman, saat ini kami tengah memikirkan bagaimana model bisnis yang tepat untuk mengolah sampah plastik tersebut. Apakah dari bank sampah, pengepul atau pemulung," lanjut Menteri Basuki.
Sementara itu Menko Maritim Luhut Pandjaitan menyatakan bangga dengan hasil karya anak bangsa dalam penelitian pemanfaatan sampah plastik sebagai campuran aspal jalan, "Saya memberikan apresiasi kepada Kementerian PUPR atas kerja bersama yang konkrit ini," kata Menteri Luhut.
Baca Juga: Sejak 2016, Kementerian PUPR Keruk Danau Rawa Pening
Sementara itu, Kepala Puslitbang Jalan dan Jembatan Deded P. Syamsudin mengatakan, "Hasilnya tampak sangat baik dan sama sekali tidak mengurangi kualitas jalan. Bahkan justru bisa menambah kerekatan jalan. Ketika diukur suhunya masih aman yaitu 150-180 derajat celcius, plastik tidak terdegradasi. Masih jauh dari batas degradasi sampah yaitu 250-280 derajat Celcius, sehingga belum memasuki tahap mengeluarkan racun," jelasnya.