Suara.com - Usia muda bukan halangan untuk memulai pengelolaan keuangan yang sehat. Mulai dari mengelola penghasilan bulanan dengan baik hingga mengetahui cara berinvestasi yang tepat dan menguntungkan.
Dari pengelolaan dua hal itu Anda akan mencapai apa yang disebut Merdeka Finansial, istilah yang disebut oleh penulis buku tentang kekayaan Robert Kiyosaki dalam situs richdad.com, sebagai kondisi yang tidak melulu soal banyaknya Anda memiliki uang.
Tetapi lebih dari sekadar kepemilikan harta, Merdeka Finansial adalah kondisi keuangan ketika Anda bisa mengatur keuangan sesuai dengan tujuan keuangan.
Begitulah salah satu inspirasi yang bisa kamu dapatkan dari Gempur Widansyah, bankir muda dari KEB Hana Bank, saat berbincang dengan situs perbandingan keuangan HaloMoney.co.id beberapa waktu lalu. Gempur membagi suka duka membangun karir sedari nol dan bagaimana selama ini pengelolaan keuangan pribadi yang dia terapkan agar bisa mencapai Merdeka Finansial.
Simak lebih lengkap sharing Gempur Widansyah kepada HaloMoney.co.id berikut ini:
Apa saja hal penting terkait pengelolaan keuangan supaya generasi milenial bisa cepat memiliki banyak aset di usia muda?
Generasi muda atau sering disebut milenial yang saat ini masih berada di awal-awal membangun karir, perlu mengingat prinsip pengelolaan keuangan. Paling tidak 30% dari gaji itu perlu dimasukkan sebagai investasi atau tabungan.
Orang kerja di awal-awal banyak yang masih tinggal dengan orangtua, belum memiliki tanggungan KPR atau beban cicilan lain. Prinsip work hard play harder itu enggak apa-apa. Sudah susah-susah kerja, ya, perlu menikmati. Saya pribadi menerapkan itu dulu, 30% ditabung.
Menabung atau investasi di mana?
Macam-macam pilihannya. Bisa di deposito, reksadana, tabungan biasa, valas, obligasi, dan lain sebagainya. Pilih produk investasi yang sesuai profil risiko kita. Misalnya, Anda lebih nyaman di deposito, ya tidak masalah. Namun, biasanya produk deposito susah mengejar inflasi. Bila inflasi 5%, deposito paling 4%. Uangnya enggak berkembang, malah berkurang nilainya terkena inflasi.
Cobalah cari produk yang bisa mengalahkan inflasi. Cuma, produk seperti itu biasanya risikonya juga besar. Naik tinggi bisa 20%-30%. Tapi, saat pasar jelek, modal pokok bisa ikut berkurang.
Prinsip kedua, sebisa mungkin jangan taruh uang di satu keranjang. Misalnya, kita memiliki gaji Rp10 juta. Berarti Rp3 juta untuk ditabung. Itu jangan di satu produk saja. Ini juga yang kami sarankan pada nasabah. Kami ada fitur untuk membantu nasabah disiplin investasi, regular investment plan. Jadi, setiap periode tertentu, dana terdebet otomatis ke produk-produk investasi yang dipilih. Kalau investasi sendiri malah suka lupa.
Lalu, bagian 70% untuk apa?
Sebenarnya 30% itu angka minimal. Soalnya, kalau masih fresh graduate, kebutuhan hidup belum banyak. Jadi, sebenarnya bisa lebih dari 30% yang ditabung. Makan masih ikut orangtua. Kecuali statusnya anak kos, mungkin beda cerita. Yang pasti, ada alokasi untuk tabungan atau investasi. Ada juga untuk dana darurat.
Apa persiapan yang perlu dilakukan anak muda supaya merdeka finansial?
Lihat contoh sukses, seperti Bill Gates, Zuckerberg, dan lain-lain. Mereka semua jeli melihat peluang. Saat ada kesempatan langsung mengambil. Jeli, kreatif dan disiplin. Jadi, saat ada penghasilan, jangan langsung dihabis-habiskan untuk senang-senang. Pisahkan dana khusus untuk bersenang-senang.
Apa tips khusus dari bapak agar anak muda tidak sampai terjebak masalah kartu kredit?
Sebenarnya kartu kredit itu alat transaksi nontunai yang menguntungkan bila kita pintar memakainya. Paling gampang contohnya, fitur cicilan 0%. Misalnya, gaji kita Rp 5 juta tapi kita butuh membeli sesuatu yang harganya di atas itu. Kalau beli tunai, enggak mungkin juga, dan sayang kan uangnya.
Nah, manfaatkan kartu kredit dengan cicilan 0% itu, dan pilihlah yang masa cicilannya paling panjang. Bila tidak ada yang 0%, carilah yang bunganya paling rendah.
Selain itu, jangan pernah telat bayar tagihan kartu kredit. Untuk menghindarinya, kita bisa mengaktifkan fitur autodebet. Itu salah satu trik penting.
Pernah bermasalah dengan pemakaian kartu kredit?
Karena saya bekerja di bank, saya tahu isinya kartu kredit seperti apa, jadi bisa memanfaatkan dengan baik. Misalnya, jangan sampai telat bayar tagihan. Manfaatkan sepenuhnya fitur yang menarik seperti cicilan 0%, dan lain sebagainya.
Bagaimana bila kita mengalihkan tagihan CC ke bank lain atau melunasinya dengan KTA?
Apapun bentuk instrumen apakah kartu kredit atau KTA, nasabah pasti melihat tiga hal: bunga, syarat dan limit. Refinancing pasti kena bunga juga. Misal, bunga kartu kredit 2,25% lalu mau lunasi memakai KTA yang bunganya juga segitu.
Lha, ngapain dipindahin jika bunganya sama? Kecuali bunga KTA tersebut di bawah itu. Begitu logikanya, agar bisa bayar cicilan yang lebih rendah. Itu bisa dijalankan. Daripada terlibat utang, mending cicilannya dikecilin.
Bagaimana pengelolaan pribadi yang bapak terapkan?
Yang saya fokuskan adalah bagaimana nanti saat saya membutuhkan uang, uangnya bernilai sama atau lebih. Itu yang paling penting. Jadi, agar bisa mengalahkan inflasi. Saya juga tidak menyebar aset di satu keranjang saja.
Di mana saja investasi Bapak?
Saya ada di deposito, reksadana ada. Asuransi juga, obligasi. Saham sedikit. Emas juga dalam bentuk fisik.
Bagaimana profil Bapak dalam berinvestasi?
Saya sebenarnya konservatif. Cuma, karena saya bekerja di bank jadi sedikit banyak lebih mengerti. Saya konservatif untuk hal-hal yang pasti, misalnya untuk investasi dana pendidikan anak. Itu dananya pasti, saat kita butuhkan, duitnya harus ada. Jadi, untuk dana pendidikan anak, saya tidak masuk ke investasi melainkan ke asuransi pendidikan.
Mengapa? Investasi nilainya naik turun. Sedangkan asuransi, kan, pasti dapat walau nilainya tidak sebesar saat berinvestasi. Yang penting uangnya ada. Jadi, tergantung kebutuhannya apa. Itu saya, ya, mungkin orang lain berbeda pandangan, it’s oke.