SKK Migas Ajak Investor Cari Sumur Minyak dan Gas Baru

Ruben Setiawan Suara.Com
Kamis, 31 Agustus 2017 | 03:01 WIB
SKK Migas Ajak Investor Cari Sumur Minyak dan Gas Baru
Anjungan lepas pantai Mike-Mike, milik PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) di Perairan Jawa Barat, Kamis (16/7).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi mengajak investor mencari sumur atau sumber cadangan minyak dan gas baru.

"Sumur migas yang ada sekarang ini diprediksi memiliki cadangan terutama minyak hanya cukup untuk 11 tahun ke depan," kata pejabat Humas SKK Migas Dian Sulistiawan seusai acara penutupan media gathering dan seminar hulu migas, di Tanjung Pandan, Belitung, Rabu (30/8) malam.

Jika tidak dilakukan kegiatan pencarian sumur migas baru secara maksimal, katanya, negara yang memiliki potensi migas cukup besar tersebut terancam krisis energi dan bisa tergantung dengan luar negeri.

Dia menjelaskan kegiatan pencarian sumur migas baru pada tahun ini tidak berjalan sesuai target yang diharapkan.

Target pencarian sumur migas baru berdasarkan data per Juli 2017 baru terealisasi 24 persen atau hanya 34 sumur dari 134 sumur baru yang ditetapkan.

Untuk memenuhi target pencarian sumur migas baru, katanya, diperlukan investor yang lebih banyak yang maksimal dalam mengelola industri hulu migas.

Ia mengatakan untuk mencegah terjadinya krisis energi, terutama bahan bakar minyak (BBM), selain mengupayakan kegiatan penemuan cadangan migas baru, pihaknya juga berupaya mengimbau masyarakat untuk mengurangi konsumsi bahan bakar dan memanfaatkan energi terbarukan.

"Masyarakat perlu berhemat atau mengurangi penggunaan bahan bakar minyak karena sekarang ini tingkat konsumsinya melebihi jumlah produksi," ujarnya.

Tingkat konsumsi bahan bakar minyak (BBM) secara nasional mencapai 1,6 juta barel per hari, sedangkan kemampuan produksi hanya 834 ribu barel/hari.

Untuk mengatasi tingginya konsumsi BBM dalam negeri, katanya, sekarang ini pihaknya mengatasinya dengan cara melakukan impor.

"Jika tingkat konsumsi BBM masyarakat tidak berkurang, impor bahan bakar tersebut akan semakin besar dan membebani keuangan negara," kata Dian. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI