Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyebut investor asal Singapura menyatakan minat untuk ikut mendanai pembangunan proyek kereta ringan Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (LRT Jabodebek) senilai Rp2 triliun.
Pendanaan tersebut akan membuat porsi pembiayaan dari perbankan dalam negeri berkurang Rp2 triliun dari hitungan awal.
"Nanti dengan investasi itu, porsi dari bank lokal akan turun. Itu sebenarnya untuk memancing orang (pihak swasta) masuk," kata Luhut di Kemenko Kemaritiman Jakarta, Senin (28/8/2017).
Baca Juga: Luhut Patok 2019 Indonesia Harus Swasembada Garam
Kendati demikian, mantan Menko Polhukam itu masih enggan mengungkap investor dari negara tetangga itu.
Luhut mengaku masih banyak rincian yang perlu diselesaikan dalam proyek pembangunan transportasi massal itu. Menurut dia, proyek LRT Jabodebek merupakan proyek kereta ringan pertama yang digarap pemerintah dengan skema berbeda sehingga masih banyak peraturan pendukung yang belum tersedia.
Ia juga berharap keberhasilan proyek tersebut bisa dicontoh oleh proyek sejenis lainnya di masa mendatang.
"Jadi mesti dibuat supaya semua lancar karena ini jadi 'copy paste' untuk proyek LRT lainnya," ujarnya.
Proyek LRT Jabodebek dikerjakan oleh PT Adhi Karya Tbk (Persero) sebagai kontraktor dan PT KAI (Persero) sebagai investor sekaligus operator. Dana yang dibutuhkan untuk proyek tersebut mencapai Rp26,7 triliun yang terdiri atas anggaran negara melalui penyertaan modal negara (PMN) dan kredit perbankan.
Baca Juga: Luhut Akui Turunnya Dwelling Time Tak Otomatis Kurangi Cost
Pemerintah menanggung sekitar Rp9 triliun dan sisanya didapatkan dari kredit perbankan dari Bank Mandiri, BRI, BNI, CIMB Niaga dan BCA. (Antara)