Garuda Rugi Besar, HIPMI: Perlu Solusi Komprehensif

Adhitya Himawan Suara.Com
Jum'at, 18 Agustus 2017 | 20:34 WIB
Garuda Rugi Besar, HIPMI: Perlu Solusi Komprehensif
Anggawira. [Dok HIPMI]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

PT. Garuda Indonesia (Persero) terus merugi dan muncul tanda kebangkrutan bila tidak ada solusi kongkret. Hal ini tercermin dari hasil laporan keuangan Garuda Indonesia yang mencatatkan kerugian sebesar 283,7 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp3,8 triliun. Angka tersebut meningkat hingga 200 persen dari kerugian pada kuartal pertama sekitar 99,0 juta dolar AS atau setara Rp1,319 triliun.

Ketua Bidang Organisasi Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI), Anggawira menyarankan ke depannya harus ada solusi komprehensif agar tidak terus merugi.

“HIPMI sebelumnya sudah memberikan early warning kepada Garuda Indonesia karena terus merugi. Ke depannya perlu ada solusi yang komprehensif agar maskapai penerbangan kebanggaan kita ini bisa survive. Kerugian tersebut disinyalir akibat peningkatan biaya operasional dan pembelian bahan bakar avtur,” ujar Ketua BPP HIPMI Bidang Organisasi, Anggawira, di Jakarta, Jumat (18/8/2017).

Baca Juga: ALFI Minta Garuda Kolaborasi Dengan Swasta Untuk Layanan Kargo

Anggawira menyatakan bahwa ongkos operasional penerbangan Garuda Indonesia mencapai lebih dari dari Rp16 triliun. Capaian ini lebih tinggi dari kuartal pertama tahun ini yang sebesar Rp8 triliun.

“Hingga saat ini kami melihat biaya bahan bakar merupakan sumber terbesar biaya operasional dengan presentase diatas 50% kemudian disusul dengan biaya pembelian pesawat, reparasi, pembayaran asuransi yang semua dihitung menggunakan kurs dollar USD sementara produk jasa penerbangan domestiknya dijual dengan nilai rupiah,” papar Anggawira.

Tingginya ongkos operasional rupanya juga berpengaruh pada hutang Garuda Indonesia yang nilainya cukup besar. Untuk hutang jangka pendek di kuartal kedua total hutang mencapai 1,891 juta dolar AS sedangkan hutang jangka panjang sebesar 1,163 juta dolar AS. Sementara di kuartal sebelumnya tercatat 1,798 juta dolar AS untuk hutang jangka pendek dan 1,174 juta dolar AS untuk hutang jangka panjang.

“Hutang yang membelit Garuda Indonesia harus menjadi konsen pemerintah,” imbuh Anggawira.

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mencatat kerugian bersih (net loss) selama semester pertama 2017 sebesar 283,8 juta dolar AS. Di luar non-recurring expense, total kerugian bersih perseroan mencapai 138 juta dolar AS.

Baca Juga: Istana Bantah Pesawat Presiden Sebabkan Garuda Batal Terbang

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI