Sri Mulyani, Utang dan Keuangan Keluarga

Angelina Donna Suara.Com
Jum'at, 18 Agustus 2017 | 19:29 WIB
Sri Mulyani, Utang dan Keuangan Keluarga
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com -  

Dalam talkshow di sebuah stasiun televisi swasta, kamis malam (10/8) menjawab sorotan masyarakat seputar utang pemerintah. Perempuan yang pernah menjadi Managing Director Bank Dunia ini sangat yakin dengan kemampuan Indonesia mengelola utang.

Selain memiliki ekonomi yang terus tumbuh, aset yang lebih terukur, kemampuan bayar utang pemerintah masih kuat. Di dalam talkshow ini bahkan Sri Mulyani membawa salah seorang pegawai Kementerian Keuangan yang bertugas menghitung aset mililk negara, untuk membuktikan kemampuan bayar pemerintah masih kuat.

Sri Mulyani mengibaratkan utang pemerintah dengan utang kartu kredit. Kita harus mengukur utang yang akan dipinjam dengan kemampuan bayar. Jika kemampuan membayar kita sebesar Rp 10 juta, maka nilai utang bisa diajukan sebesar Rp1 juta atau 10% dari kemampuan. Jika kemampuan bayar Rp25 juta, nilai utang bisa meningkat menjadi Rp5 juta.

Prinsip seperti ini sangat pas jika ditarik ke dalam pengelolaan keuangan pribadi dan keluarga. Dalam mengelola keuangan pribadi maupun keluarga, kita tidak terlepas dari utang. Berupa kredit memiliki rumah, kredit memiliki usaha maupun kredit untuk kebutuhan tertentu seperti pernikahan dan lain-lain.

Kita harus selalu mengukur kemampuan bayar dengan utang yang akan kita ambil. Selain itu tentu utang tersebut bisa dimanfaatkan dengan baik agar menjadi utang produktif.

Berapa prinsip pengelolaan keuangan keluarga, dari disarikan Halomoney.co.id dari berbagai sumber, termasuk dari konten talkshow dengan Sri Mulyani:

Mengukur aset

Anda bisa mengukur aset dengan menghitung secara keseluruhan aset yang sudah Anda miliki. Hitung aset seperti rumah, tanah, perhiasaan, hingga kendaraan yang Anda miliki saat ini. Lalu kurangi dengan sisa utang yang masih menjadi kewajiban Anda. Jika hasilnya masih positif, berarti keuanganmu masih positif sehingga Anda masih bisa berutang. Jika negative, berarti keuangan Anda sudah lampu merah sehingga sebaiknya tidak mengambil pinjaman dulu, namun focus melunasi utang yang masih ada.

Mengukur kemampuan bayar

Selain mengukur aset, Anda bisa melihat lagi dari kemampuan bayar utang. Kemampuan ini bisa dilihat dari penghasilan bulanan Anda. Berapa penghasilan rutin Anda dari gaji, maupun penghasilan lainnya jika ada. Misalnya penghasilan dari usaha sampingan. Jika penghasilan total Anda Rp15 juta per bulan, kemampuan bayar utang Anda sekitar 30% dari penghasilan atau sekitar Rp4,5 juta per bulan. Porsi 30% ini umumnya disarankan oleh perencana keuangan, di antaranya Eko Endarto dalam bukunya tentang mengelola penghasilan bulanan.

Kemampuan bayar utang sebesar Rp4,5 juta per bulan itu pun harus dibagi dengan utang lainnya. Artinya itu batas maksimal Anda memiliki semua cicilan: rumah, mobil, hingga KTA atau kartu kredit. Jika total cicilan saat ini masih Rp3 juta per bulan, berarti Anda memiliki ruang untuk berutang sebesar Rp1,5 juta per bulan.

Ruang tersebut bisa Anda gunakan untuk berbelanja dengan kartu kredit senilai Rp1,5 juta sehingga bulan depan harus Anda bayar penuh sebesar nilai belanja agar Anda tidak terkena bunga kartu kredit. Atau Anda bisa mengambil utang lainnya, misalnya kredit tanpa agunan, dengan nominal tertentu sepanjang cicilan sebesar Rp1,5 juta per bulan.

Komitmen membayar

Dalam berutang, prinsip lain yang harus selalu diingat ialah, Anda mendapatkan kepercayaan dari lembaga keuangan. Sebab itu, Anda perlu memiliki komitmen untuk membayarnya hingga lunas demi menjaga kepercayaan lembaga keuangan. Dengan menjaga komitmen ini, credit score Anda tidak akan jelek sehingga Anda akan dipercaya bank untuk mencari pinjaman lagi jika ada keperluan.

Mengetahui cara penyelesaian utang

Kadang, dalam proses pembayaran utang mengalami masalah sehingga pembayarannya terganggu. Sebab itu setiap Anda perlu tahu cara penyelesaian utang jika mengalami gangguan. Penyelesaian utang Negara maupun utang pribadi kadang hampir sama. Dalam utang Negara, jika penerimaan Negara sedang mengalami masalah akibat ekonomi sedang lesu dan penerimaan pajak sedang melempem, pemerintah bisa menempuh beragam cara. Misalnya, bisa meminta penjadwalan ulang pembayaran utang.

Dalam penyelesaian utang pribadi, jika Anda mengalami masalah, cobalah ketahui cara penyelesaian kewajiban utang Anda dengan baik. Anda bisa meminta penjadwalan utang ke bank dengan cicilan yang lebih ringan dan tenor yang lebih panjang. Selain itu, Anda bisa melakukan refinancing dengan memindahkan tagihan ke bank lain yang memiliki bunga dan biaya cukup murah.

Baca juga artikel Laruno lainnya:

Kartu Kredit dan Pinjaman untuk Para PNS, CPNS dan Swasta

Merdeka Finansial dengan Mengatur Gaji Rp 3 juta – Rp 5 Juta per Bulan

Published by

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI