idEA: e-Commerce Bisa Selesaikan Masalah Disparitas Harga Barang

Adhitya Himawan Suara.Com
Senin, 14 Agustus 2017 | 16:56 WIB
idEA: e-Commerce Bisa Selesaikan Masalah Disparitas Harga Barang
Indonesia E-Commerce Summit & Expo (IESE) 2016 yang digelar di Indonesia Convention and Exhibition (ICE) BSD, Banten, Rabu (27/4). [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Asosiasi E-Commerce Indonesia (Indonesian E-Commerce Association/idEA) memandang sistem perdagangan nasional berbasis elektronik ("e-commerce") dapat menyelesaikan permasalahan disparitas atau perbedaan harga barang di Indonesia.

"'E-commerce' di Indonesia lebih strategis karena menyelesaikan disparitas harga barang. Kesempatan sama untuk barang apapun di seluruh wilayah Indonesia, tinggal biaya kirimnya saja," kata Ketua Umum idEA Aulia Marinto dalam seminar nasional bertajuk "Apakah Perekonomian Indonesia Melambat?" di Jakarta, Senin (14/8/2017).

Aulia menjelaskan perkembangan internet di Indonesia berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi digital. Ia memperkirakan saat ini terdapat 132,7 juta pengguna internet dan 106 juta pengguna media sosial di Indonesia.

Baca Juga: E-Commerce untuk UKM, Kemendes PDTT Juga Buka Internet di Desa

"Sejak 2009 mulai muncul pemain (e-commerce) baru dan 2010 hingga sekarang banyak sekali pemain bermunculan. Pertumbuhan ini mendorong transaksi dalam jaringan (online)," ucap dia.

Namun, lanjut Aulia, volume sistem perdagangan berbasis elektronik di Indonesia saat ini belum bisa menopang belanja konsumsi yang masih tumbuh melambat.

"Di China saja kontribusi 'online' masih sekitar 9-10 persen. Menurut saya, tidak bisa (perdagangan) 'online' menggantikan 'offline', tetapi hanya efisiensi yang bisa didapatkan," ujar dia.

Pasar atau nilai perdagangan nasional berbasis elektronik Indonesia diperkirakan akan mencapai 130 miliar dolar AS di 2020 dengan valuasi bisnis sebesar 10 miliar dolar AS.

Setelah tumbuh sedemikian rupa, kata Aulia, maka kemudian butuh fondasi regulasi agar dampaknya dapat terasa bagi pertumbuhan produk domestik bruto. Asosiasi dan para pemain di bidang "e-commerce" juga akan memikirkan mengenai pembuatan data yang terintegrasi.

Baca Juga: Ramadan, Fesyen Terfavorit Pembeli di E-Commerce Ini

Aulia juga mengapresiasi diterbitkannya Paket Kebijakan Ekonomi XIV terkait peta jalan sistem perdagangan nasional berbasis elektronik yang bertujuan menempatkan Indonesia sebagai negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada 2020.

"Pemain memang membutuhkan mekanisme yang baik. 'E-commerce' sudah ada di Indonesia selama 20 tahun, maka menurut saya hanya butuh lima tahun saja untuk mampu tumbuh lebih cepat dari negara lain," kata dia. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI