Infrastruktur Jalan di Perbatasan RI-Timor Leste Memprihatinkan

Adhitya Himawan Suara.Com
Senin, 14 Agustus 2017 | 13:29 WIB
Infrastruktur Jalan di Perbatasan RI-Timor Leste Memprihatinkan
Pembangunan jalan perbatasan di Kalimantan. (Sumber: Kementerian PUPR)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Infrastruktur jalan yang diberi nama Sabuk Merah Perbatasan, menghubungkan sejumlah daerah di sepanjang serambi negara Indonesia dan Timor Leste memprihatinkan.

Kepala Badan Perbatasan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Paul Manehat di Kupang, Senin mengatakan, sejumlah ruas jalan yang rusak parah itu menghubungkan wilayah Noelolo di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) ke Saenam di Kabupaten Timor Tengah selatan (TTS) yang memanjang melintasi batas negara di wilayah Oecusse, sejauh 30,38 km.

Dia mengaku rusaknya jalan itu, sangat mengganggu aktivitas warga perbatasan mempertahankan dan meningkatkan kehidupannya menjadi warga yang sejahtera seperti masyarakat lainnya. "Kondisinya sangat rusak parah, dia berpemukaan tanah sehingga jika hujan tiba, maka jalur itu tak bisa dilalui," katanya.

Baca Juga: Basuki Raih Penghargaan Tokoh Pendobrak Infrastruktur Perumahan

Jalur ini, adalah satu-satunya lintasan yang menghubungkan warga masyarakat di Kota Kefa menuju Eban, selanjutnya Eban menuju Kapan dan terus ke Kupang di Kabupaten Kupang. Jika tidak segera diperbaiki, maka dipastikan musim hujan tiba, warga akan terisolasi dan tentu akan mengganggu kehidupan ekonomi masyarakat yang rata-rata adalah petani itu.

Wilayah Saenam di Kecamatan Mutis wuilayah Kabupaten Timor Tengah selatan memiliki 1.750 kepala keluarga dengan total 7.580 jiwa. Karena itulah, penting bagi pemerintah untuk mendorong Kementerian PUPR untuk segera memperbaiki jalan ini untuk bisa memperlanjar arus transportasi warga itu. "Ya, ini jalan satu-satunya yang menghubungkan warga di Oepoli di perbatasan negara ke Kupang," katanya.

Paul Manehat mengaku segera melakukan komunikasi dengan pemerintah pusat dalam hal ini kementerian PUPR agar segera mendapat solusi, sama seperti pelaksanaan dan penuntasan Sabuk Merah Perbatasan di sektor Timur di Kabupaten Belu dan Malaka.

Untuk lintasan Sektor Timur sejauh 162,13 km Kata Paul, telah tuntas dikerjakan.

Keseluruhan panjang jalan sejauh 162,13 km itu terbagi dalam enam titik lintasan dan semuanya telah merangkum wilayah di sepanjang tapal batas negara di dua kabupaten masing-masing di Kabupaten Belu dan Malaka. (Antara)

Baca Juga: Basuki Ingin Arsitektur Infrastruktur Memiliki Ciri Khas Daerah

Sejumlah enam titik itu, kata Paul merincikan, titik Motaain-Silawan-Salore-Haliwen sejauh 16,86 km. Titik lintasan Haliwen-Sadi-Asumanu-Haekesak-Turiskain sejauh 34,50 km.

Titik selanjutnya Turiskain-Fulur-Nualain-Henes 27,97 km. Lintasan Nualain-Dafala sejauh 33,60 km, Dafala-Laktutus sejauh 13,50 km dan titik lintasan Laktutus-Motamasin (Motamauk) sejauh 35,70 km. "Semuanya sudah tuntas dikerjakan memanfaatkan APBN," katanya.

Untuk lintasan di wilayah tengah Kabupaten Timor tengah Utara (TTU) dan wilayah barat di Kabupaten Kupang lainnya masih sedang dilakukan.

Di sektor tengah di wilayah Timor Tengah Utara (TTU) yang berbatasan dengan kantung (enclave) Oecusse, dimulai dari titik Amol menuju Oehose ke Manufono dan barakhir di Wini, dekat dengan Oecuse Timor Leste.

Sektor Barat di wilayah perbatasan Kabupaten Kupang, yang juga bersebelahan dengan Oecusse, dimulai dari titik dekat negara bekas provinsi ke-27 itu, yaitu Oepoli menuju Kefa ke arah Tubona-Saenam-Haumeniana dan berakhir di Fainake.

Sementara untuk jalur lain yang menghubungkan Oepoli di Kabupaten Kupang dan Wini di Kabupaten Timor Tengah Utara yang sama-sama berbatasan dengan Oecusse itu, sudah hampir rampung.

"Percepatan pembangunan lintasan Sabuk Merah Perbatasan itu terus didorong untuk kepentingan percepatan pemanfaatan akses itu," katanya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI