Suara.com - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar mengatakan bahwa penurunan investasi di subsektor migas di Indonesia merupakan dampak dari tren global. Arcandra menanggapi atas nilai investasi pada capaian kinerja semester awal tahun 2017 di subsektor migas sebesar 4,8 miliar dolar AS.
"Apakah invetasi menurun di sektor migas menurun? Ini data, investasi energi di dunia itu turun 12 persen. Untuk oil and gas itu sekitar 25 persen Indonesia turunnya sekitar 26 sampai 27 persen. Kita rata-rata dunia," kata Arcandra Rabu (9/8/2017).
Arcandra sekaligus menepis anggapan bahwa munculnya skema gross split bukan menjadi faktor utama atas anjloknya invetasi hulu migas. Arcandra optimis bahwa skema gross split justru menarik minat para kontraktor.
"Tahun lalu WK (Wilayah Kerja) yang kita tawarkan hampir gak ada satupun yang menjadi tanda tangan. Tahun lalu itu bukan gross split, baru tahun ini," ujarnya.
Baca Juga: Kunjungi AS, Menteri ESDM Dorong Investasi Migas
Hal ini dibuktikan melalui penjelasan Direktur Jenderal Migas Ego Syahrial tentang respon positif dari para Kontraktor Kontrak Kerja Sama mengenai skema gross split.
"Sekarang, dengan sistem gross split yang kita keluarkan, sudah ada 15 (bid dokumen) dari kontraktor yang merespon positif. Jadi sudah ada yang mengambil dokumen," ungkap Ego.
Arcandra juga menekankan penurunan nilai investasi tidak selalu berdampak negatif bagi iklim investasi. Perusahaan melakukan efisiensi modal dengan tetap menjaga produksi migas.
"Ada beberapa Capex (belanja modal) yang kita turunkan. Jadi, jangan melihat investasi ini besaran saja, tapi melihat outputnya seperti apa," kata Arcandra.
Baca Juga: Percepat Produksi Migas, Pertamina - Repsol Teken Kerjasama Studi