Apakah Benar Daya Beli Orang Indonesia Sedang Menurun?

Minggu, 06 Agustus 2017 | 06:23 WIB
Apakah Benar Daya Beli Orang Indonesia Sedang Menurun?
Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi yang dipimpin Faisal Basri [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ekonom Faisal Basri menilai daya beli masyarakat Indonesia tidak menurun. Sebab tidak ada kejadian luar biasa yang menyebabkan daya beli masyarakat secara keseluruhan tiba-tiba merosot.

Hal itu dia sampaikan menanggapi pemberitaan di media massa yang menyebut daya beli masyarakat Indonesia turun. Analisa mantan calon gubernur DKI Jakarta itu dituangkan dalam situs pribadinya, faisalbasri.com, Sabtu (5/8/2017).

“Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan riil konsumsi masyarakat (private consumption) mencapai rata-rata 5 persen. Pertumbuhan nominal konsumsi masyarakat pada triwulan I-2017 masih 8,6 persen. Jadi, baik secara nominal maupun riil, konsumsi masyarakat masih naik. Memang benar kenaikan konsumsi masyarakat sedikit melambat menjadi di bawah 5 persen atau persisnya 4,93 persen pada triwulan I-2017, tetapi jauh dari merosot atau turun sebagaimana banyak diberitakan belakangan ini,” tulis Faisal.

Dia melanjutkan, rilis data Produk Domestik Bruto (PDB) terbaru oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Senin (7/8/2018) besok hampir bisa dipastikan akan memperkuat kesimpulan tidak terjadi kemerosotan daya beli atau konsumsi masyarakat.

Baca Juga: Harus Ada Insentif Untuk Perkuat Daya Beli Masyarakat

“Masyarakat terdiri berbagai kelompok, ada yang sangat kaya, kaya, berpendapatan menengah, berpendapatan rendah, dan kelompok miskin dan sangat miskin. Yang dikonsumsi oleh masyarakat pun amat beragam, mulai dari kebutuhan pokok hingga barang dan jasa sangat mewah,” katanya lagi.

Sangat boleh jadi, kata Ekonom UI itu, ada kelompok masyarakat yang memang mengalami penurunan daya beli. Pegawai negeri setidaknya sudah dua tahun tidak menikmati kenaikan gaji sehingga sangat boleh jadi daya belinya turun.

Selama pemerintahan Presiden Joko Widodo, nilai tukar petani menunjukkan kecenderungan menurun. Penurunan paling tajam dialami petani tanaman pangan. Upah riil buruh tani juga turun. Demikian pula upah riil buruh bangunan.

“Ketiga kelompok itu merupakan mayoritas dalam masyarakat Indonesia. Merekalah yang berada di kelompok masyarakat 40 persen terbawah dalam strata pendapatan (bottom-40). Namun, nilai konsumsi kelompok ini relatif kecil dalam keseluruhan konsumsi masyarakat. Di kelompok ini yang mengalami peningkatan daya beli adalah nelayan tangkap sebagaimana ditunjukkan oleh kenaikan nilai tukar (terms of trade),” kata Faisal.

Selain itu, strata masyarakat 40 persen di tengah (mid-40) bias dibagi dalam tiga kelompok, yakni lower-middle, mid-middle, dan upper-middle. Dinamika setiap kelompok itu berbeda-beda. Pegawai negeri, TNI/Polri, dan pensiunan/purnawirawan mengalami kecenderungan penurunan daya beli karena setidaknya sudah dua tahun tidak menikmati kenaikan gaji atau uang pensiun. Sebaliknya, kelompok professional di berbagai sektor, terutama sektor jasa, sangat boleh jadi menikmati kenaikan upah riil sehingga daya belinya naik.

Baca Juga: Subsidi Perumahan Jaga Daya Beli MBR untuk Miliki Rumah Layak

Kelompok kaya (top-20) ada yang mengalami penurunan pendapatan Karena kemerosotan harga komoditas, tetapi ada juga yang menikmati kenaikan pendapatan.

Data resmi BPS menyimpulkan secara keseluruhan konsumsi masyarakat secara riil (sudah memperhitungkan kenaikan harga) naik cukup stabil di aras sekitar 5 persen.

“Bagaimana gambaran di tingkat mikro? Memang penjualan sejumlah barang dan jasa mengalami penurunan. Penjualan sepeda motor Juni 2017 turun tajam 30 persen dibandingkan bulan yang sama tahun lalu. Selama Januari-Juli 2017 penjualan sepeda motor merosot sebesar 13,1 persen,” papar dia.

Namun kemerosotan penjualan sepeda motor sudah berlangsung sejak 2015. Sebaliknya, sekalipun penjualan mobil anjlok 27,4 persen pada Juni 2017, selama Januari-Juni masih mencatatkan pertumbuhan positif 0,3 persen. Kalau data Juni dikeluarkan, pertumbuhan penjualan mobil Januari-Mei lumayan tinggi, yaitu 6 persen. Kemerosotan penjualan mobil pada Juni bisa dimaklumi mengingat hari kerja efektif bulan itu sangat pendek. Beberapa barang dan jasa juga mengalami kejadian serupa.

“Penjualan ritel di beberapa outlet tidak bisa dijadikan indikator penurunan daya beli masyarakat. Selalu ada yang turun, tetapi ada pula yang naik. Ada pula pergeseran ke penjualan online.”

“Yang perlu lebih diwaspadai adalah gejala dini penurunan pertumbuhan konsumsi masyarakat, mengingat peranannya dalam PDB sangat dan paling dominan, yaitu sekitar 58 persen (termasuk konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga atau LNPRT. Yang lebih perlu diwaspadai lagi adalah kecenderungan penurunan konsumsi kelompok masyarakat bottom-40, demi alasan keadilan, pemerataan, dan pengentasan penduduk di bawah garis kemiskinan.”

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI