Suara.com - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral akan terus mendorong pengembangan Energi Baru dan Terbarukan, sesuai komitmen pemerintah pada COP 21 di Paris bulan Desember 2015.
Hal tersebut ditegaskan Menteri ESDM Ignasius Jonan, pada pembukaan The 5th Indonesia International Geothermal Convention and Exhibition (IIGCE) 2017 di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta Selatan, Rabu (2/8/2017).
“Kami akan berusaha untuk mencapai bauran energi dari sektor EBT sebesar 23 persen di tahun 2025. Ini tidak mudah, karena apa yang telah dicapai sekarang sekitar 8-9 persen, mungkin di tahun 2019 bisa mencapai 12-13 persen. Untuk mencapai ke situ memang suatu perjuangan besar," ujar Jonan.
Baca Juga: Petinggi Gerindra Sebut PDIP seperti PKI, Ini Sikap Megawati
Panas bumi, menurut Jonan, dapat diharapkan untuk memberikan kontribusi yang sangat besar bagi kelistrikan di Indonesia.
"Saat ini, pembangkit listrik panas bumi yang sudah Commercial Operation Date atau on stream lebih kurang 1.700 megawatt. Ini masih kecil sekali dari potensi energi sebesar 29 ribu Megawatt. Kita akan coba usahakan makin lama bisa semakin cepat," kata Jonan.
Untuk mencapai kapasitas 25 GW tersebut, Kementerian ESDM akan terus mendorong Wilayah Kerja Panas Bumi yang sudah berproduksi.
Selain itu, tambah Jonan, Pemerintah tetap mempertimbangkan harga keekonomian yang adil untuk masyarakat sebagai konsumen tenaga listrik, maupun juga bagi produsen.
Jonan juga berharap adanya dukungan dari sektor dan stakeholder lain, antara lain dari Kementerian Keuangan dan Kementerian Perindustrian.
Baca Juga: Ini 5 Kopi Indonesia yang Mendunia !
"Saya harap ada dukungan dari Kementerian Keuangan dan Kementerian Perindustrian untuk bisa mengurangi atau mereduksi bea masuk dan pajak lain yang digunakan untuk pengembangan EBT, khususnya untuk sektor panas bumi," tandasnya.