Laba Bersih PLN Semester I 2017 Menurun

Kamis, 27 Juli 2017 | 21:06 WIB
Laba Bersih PLN Semester I 2017 Menurun
Dewan Direksi PLN dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (5/4/2017). [Suara.com/Adhitya Himawan]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

PT PLN (Persero) telah menerbitkan laporan keuangan Semester 1 Tahun 2017 Unaudited.

Perseroan selama periode enam bulan tahun 2017 mencapai realisasi kinerja operasi yang lebih baik dibanding tahun sebelumnya. Hal ini tercermin dengan meningkatnya Laba Operasi sebesar Rp 2,0 triliun atau meningkat 12,84 persen dibanding periode Juni 2016, sehingga menjadi Rp17,6 triliun. Namun demikian, pencapaian Laba Bersih PLN pada Semester I tahun 2017 sebesar Rp2,3 triliun, masih lebih rendah dibanding laba pada periode yang sama tahun lalu. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal yang bersifat insidental yaitu meningkatnya beban lain-lain di luar operasi yang bersumber dari beban tahun 2013 sebesar Rp 3,1 triliun, serta berkurangnya pendapatan selisih kurs sebesar Rp2,1 triliun.

Nilai penjualan tenaga listrik PT PLN (Persero) selama periode enam bulan tahun 2017 mengalami kenaikan sebesar Rp13,8 triliun atau 13,22 persen sehingga menjadi Rp118,5 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp104,7 triliun. Pertumbuhan penjualan ini berasal dari kenaikan volume penjualan menjadi sebesar 108,4 Terra Watt hour (TWh) atau naik 1,17 persen dibanding dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 107,2 TWh. 

Baca Juga: Djarot Protes PLN Putus Listrik 3 SMA Jakarta Karena Belum Bayar

"Peningkatan penjualan tersebut sejalan dengan keberhasilan PLN selama semester pertama tahun 2017 menambah kapasitas pembangkit sebesar 1.663 MW yang berasal dari Pembangkit PLN sebesar 463 MW dan tambahan kapasitas dari Independent Power Producer (IPP) sebesar 1.199 MW, serta menyelesaikan 1.489 kilometer sirkuit (kms) jaringan transmisi dan Gardu Induk sebesar 5.750 MVA"ungkap Direktur Keuangan PLN Sarwono di Jakarta, Kamis (27/7/2017).

Peningkatan konsumsi kWh ini juga didukung dari adanya kenaikan jumlah pelanggan dimana sampai dengan akhir Semester I tahun 2017 telah mencapai 65,9 juta atau bertambah 1,6 juta pelanggan dari akhir tahun lalu sebesar 64,3 juta pelanggan. kenaikan konsumsi kWh tersebut di dominasi oleh konsumsi listrik di golongan tarif industri. 

Dirinya menambahkan bertambahnya jumlah pelanggan ini juga mendorong kenaikan rasio elektrifikasi nasional yaitu dari 91,16 persen pada 31 Desember 2016 menjadi 92,79 persen pada 30 Juni 2017.

Meskipun pada paruh pertama 2017 ini beberapa kondisi makro yang mempengaruhi penyesuaian tarif tenaga listrik yaitu Kurs Dollar Amerika, Indonesia Crude Price (ICP) dan/atau Inflasi mengalami kenaikan dibanding dengan acuan APBN, namun demi mendukung kepentingan masyarakat serta untuk menjaga agar sektor Bisnis dan Industri tetap kompetitif, Perseroan memutuskan untuk tidak menaikkan tarif. PLN melakukan efisiensi pada beberapa elemen biaya operasi yang berada dalam kendali perusahaan, untuk menutup kekurangan marjin usaha tersebut.

Seiring dengan meningkatnya produksi listrik, beban usaha perusahaan naik sebesar Rp9,2 triliun atau 7,65 persen menjadi Rp128,9 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp119,7 triliun. 

Baca Juga: Menteri BUMN Rini Soemarno Copot Tiga Direksi PLN

Beban usaha yang mengalami kenaikan terbesar adalah beban pembelian tenaga listrik yang mengalami kenaikan sebesar Rp6,7 triliun (24 persen) dibanding periode yang sama tahun lalu, sehingga menjadi Rp34,6 triliun. Selain itu, beban bahan bakar juga meningkat sebesar Rp3,2 triliun dari Rp52,0 triliun pada Juni 2016 menjadi Rp55,3 triliun pada Juni 2017. Penyebab utama kenaikan beban pembelian tenaga listrik dan beban bahan bakar ini adalah naiknya harga rata-rata Indonesia Crude Price (ICP) sebesar 35,22 persen yang mendorong kenaikan harga BBM, dan naiknya rata-rata Harga Batubara Acuan (HBA) sebesar 58,61 persen yang mendorong kenaikan harga Batubara.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI