Semester I 2017, Garuda Alami Rugi Bersih 38 Juta Dolar AS

Kamis, 27 Juli 2017 | 21:00 WIB
Semester I 2017, Garuda Alami Rugi Bersih 38 Juta Dolar AS
Garuda Indonesia parkir di terminal II Bandara Internasional Soekarno-Hatta Tangerang, Banten, Jumat (12/12). [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) berhasil membukukan operating revenue semester 1-2017 sebesar 1,9 miliar dolar AS dengan pertumbuhan sebesar 7 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2016. Pencapaian tersebut didukung oleh penerapan strategi kinerja operasional “5 Quick Wins” perusahaan melalui tiga long term strategy :Financial Performance, Operational Excellence,dan Customer Experience.

Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N Mansury pada paparan publik kinerja keuangan Garuda Indonesia Group di Kantor Pusat Garuda Indonesia di Cengkareng mengungkapkan bahwa di tengah tren penurunan kinerja operasional industri penerbangan global, Garuda Indonesia berhasil membukukan pertumbuhan positif kinerja operasional. "Khususnya pada kinerja kuartal 2-2017 yang menunjukan peningkatan operating revenue sebesar 7,7 persen dibandingkan kuartal 1-2017," kata Pahala di Jakarta, Kamis (27/7/2017).

Sejalan dengan strategi transformasi finansial berkelanjutan yang dilakukan perusahaan, Garuda Indonesia berhasil menekan  net loss pada  kuartal 2 – 2017 dengan nilai net loss sebesar 38 juta dolar AS, turun cukup signfikan hingga 62 persen dibandingkan  dengan net loss kuartal 1 – 2017 sebesar 99,1 juta dolar AS,” papar Pahala yang resmi ditunjuk sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia sejak April 2017 lalu.

Baca Juga: Gandeng BNI, Garuda Indonesia Gelar Program "Ayo Liburan"

 “Melalui momentum pertumbuhan kinerja yang berhasil dicapai perusahaan tersebut kami optimistis kinerja operasional dan keuangan perusahaan akan terus tumbuh positif hingga akhir tahun 2017 ini”, tutup Pahala.

Kinerja operasional yang tumbuh positif tersebut salah satunya ditunjang oleh pendapatan internasional pada kuartal 2-2017 yang meningkat 16 persen dengan jumlah penumpang internasional yang juga meningkat 14,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya. 

Selain itu pendapatan penumpang internasional pada semester 1-2017 mencapai 653,3 miliar dolar AS lebih besar dibandingkan pendapatan penumpang domestik sebesar USD 630,7 miliar.  Hal tersebut mengindikasikan membaiknya bisnis penerbangan Garuda pada sektor internasional kedepannya.

Peningkatan signifikan juga tercatat pada pendapatan sektor non-scheduled flight services di semester 1-2017 yang  tumbuh signifikan sebesar 131,8 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2016.

Pada semester 1 - 2017 ini Garuda Indonesia Group mencatatkan jumlah passenger carriedsebanyak 17.2 juta atau meningkat sebesar 3,9 persen, sedangkan khusus passenger carried rute internasional tercatat tumbuh sebesar 15 persen. Sementara itu, kargo yang diangkut (cargo carried) juga meningkat sebesar 10,6 persen menjadi 219,4 ribu ton. 

Baca Juga: Garuda Asia Babak Belur di Piala AFF, Fakhri Cari Pemain Baru

Pada semester 1 – 2017 Cargo Revenue juga meningkat 12,3 persen menjadi USD 115,6 juta dan Ancillary Revenue mencapai USD 36,3 juta tumbuh 20,6 persen. Sementara itu, Garuda Indonesia juga berhasil mempertahankan kinerja On Time Performance (OTP) mencapai 85 persen. 

Tingkat keterisian penumpang (SLF) pada semester 1-2017 tercatat sebesar 73,3 persen secara keseluruhan, meningkat dari semester 1 – 2016 sebesar 70,8 persen (sedangkan SLF internasional saja di semester 1-2017 mencapai 74,7 persen) . Indikator lain yang meningkat antara lain aircraft utilizationmeningkat menjadi 9,32 jam pada kuartal 2 – 2017 dibanding kuartal 1- 2017 yang sebesar 9,19 jam. Adapun market share Garuda Indonesia pada market internasional sebesar 28 persen dan market domestic sebesar 39,5 persen.

“Sejalan dengan pertumbuhan bisnis Garuda dan operating revenue yang meningkat, perusahaan masih terbebani harga bahan bakar yang meningkat sebesar 36,5 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2016, sehingga berdampak pada catatan total net loss pada semester 1-2017 sebesar USD 138 juta diluar non-recurring expense sebesar USD 145,8 juta (antara lain dampak tax amnesty). Adapun net loss secara keseluruhan di semester 1-2017 sebesar USD 283,8 juta.

Melalui pertumbuhan pendapatan perusahaan tersebut, Garuda Indonesia sebagaimainbrand juga berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 6,6 persen dengan beban biaya perusahaan yang berhasil ditekan peningkatannya menjadi 0,4 persen di kuartal 2 - 2017.  

Sejalan dengan upaya peningkatan kinerja perusahaan, Garuda Indonesia melaksanakan sejumlah strategi kinerja operasional melalui optimalisasi armada (antara lain melalui rekonfigurasi seat serta peningkatan konektivitas jaringan penerbangan), upaya renegosiasi kontrak dengan lessor dan produsen pesawat, hingga optimalisasi pendapatan melalui lini bisnis digital & e-commerce.

Hingga semester 1 - 2017 Garuda Indonesia melaksanakan serangkaian program pengembangan jaringan penerbangan baik domestik maupun internasional seperti rute Surabaya – Ambon – Sorong pp, Manado – Gorontalo pp, Ambon – Kaimana pp, Kaimana – Manokwari pp, Kaimana – Nabire pp, dan Denpasar – Chengdu pp.

Pada semester 1-2017 Garuda Indonesia berhasil menorehkan serangkaian pencapaian international seperti penghargaan SkyTrax untuk “The World’s Best Cabin Crew” yang diraih untuk keempat kalinya, “5 Star Airline”, hingga “Top 10 Airline” dan “Top 5 Airline Asia Pasific” dari Trip Advisor.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI