Permintaan Jepang Untuk Cangkang Sawit Indonesia Tumbuh 40 Persen

Minggu, 23 Juli 2017 | 15:03 WIB
Permintaan Jepang Untuk Cangkang Sawit Indonesia Tumbuh 40 Persen
Perkebunan sawit milik PT. Rezeki Alam Semesta Raya di pinggir DAS Kapuas, Kalimantan Tengah. [suara.com/Laban Laisila]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Delegasi Sawit Indonesia yang terdiri dari wakil Kementerian ESDM, Kementerian Perdagangan, BPDP Sawit, Perhepi, Aprobi, Apcasi, dan wakil dari eksportir, berkunjung ke Tokyo dan Osaka untuk suatu misi promosi dan diplomasi dagang produk sawit tgl 10 sd 14 Juli 2017. Misi yang dilaksanakan atas undangan Atase Perdagangan Tokyo dan ITPC Osaka telah mempertemukan asosiasi dan ekportir sawit Indonesia dg 30 importir besar di Tokyo dan Osaka.

Ketua Umum Perhepi, Bayu Krisnamurthi, yang bertindak sebagai narasumber acara menyatakan kegiatan tersebut dilakukan krn pihak Indonesia melihat fenomena baru ekspor produk sawit dimana ekspor cangkang sawit dan tandan kosong sawit naik sangat pesat. "Ekspor biomasa sawit ke Jepang tahun 2016 mencapai 450 ribu ton dan ke Korea mencapai 400 ribu ton, dg nilai ekspor total kedua negara itu senilai lebih dari Rp 1 trilyun. Tetapi yang lebih penting diperhatikan, permintaan cangkang sawit oleh perusahaan-perusahaan Jepang tumbuh lebih dari 40 persen setiap tahun dalam 3 tahun terakhir," kata Bayu dalam keterangan tertulis, belum lama ini.

Harga cangkang sawit saat ini berkisar antara 80 - 85 dolar Amerika Serikat (AS) per ton f.o.b.

Baca Juga: GAR Genjot Produksi Sawit Berbasis Konservasi Masyarakat

Penjelasan yang diperoleh dari Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang menyebutkan bahwa energi mix Jepang saat ini telah mencapai 14,6 persen dlm bentuk energi baru dan terbarukan (EBT), dimana 2 persennya adalah dari bioenergi termasuk cangkang sawit. Jepang menargetkan untuk meningkatkan EBT menjadi 25 persen pd tahun 2030, termasuk bioenergi menjadi 4 persen. Dalam hal ini pemerintah Jepang menetapkan kebijakan harga jual listrik dari EBT (dikenal dg Feed in Tariff), shg dapat menarik investasi.

"Kegiatan promosi dan diplomasi itu diisi juga dengan one-on-one business meeting," ujar Bayu.

Ketua Asosiasi Pengusaha Cangkang Sawit Indonesia Dikky Akhmar menyatakan pihaknya akan menanda-tangani kontrak penjualan cangkang sawit dengan pihak Jepang untuk 10 tahun kedepan, yang akan digunakan untuk 5 pembangkit listrik di Jepang dengan kapasitas sekitar 320 MW.

Duta Besar Indonesia di Tokyo, Arifin Tasrif, menambahkan bahwa telah ada rencana investasi pembangunan pembangkit listrik 40 MW di Ibaraki Jepang yang akan menggunakan biofuel sawit dari Indonesia sebagai bahan baku energinya.

Baca Juga: Bertemu Trump, Jokowi Bahas Ekspor Sawit dan Biodiesel ke AS

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI