Laporan Keberlanjutan Golden Agri-Resources (GAR) 2016 menguraikan kemajuan perusahaan dalam menerapkan pendekatan inovatif dalam konservasi hutan. Mengusung tema “Realising Sustainable Policies in Practice”, Laporan Keberlanjutan GAR 2016 memaparkan upaya-upaya pendekatan konsultatif dan inklusif perusahaan dalam konservasi. Termasuk didalamnya pelaksanaan kegiatan produksi yang didukung dengan konservasi berbasis masyarakat yang tinggal di sekitar area hutan.
“Setelah berhasil mengidentifikasi luasan area konservasi di area konsesi kami yang setara dengan luas Singapura, kini kami bekerja sama dengan masyarakat dan pemerintah setempat untuk membuat konservasi hutan dapat terlaksana dengan tetap mempertimbangkan kebutuhan dan aspirasi masyarakat,” kata Chairman dan CEO GAR, Franky Oesman Widjaja di Jakarta, Selasa (19/7/2017).
Hingga akhir 2016, GAR telah berhasil menjalin kesepakatan dengan 10 desa di Kalimantan untuk melindungi lebih dari 7.000 hektar hutan Ber-Stok Karbon Tinggi (SKT) dan saat ini perusahaan tengah menerapkan pendekatan yang sama di wilayah perkebunannya.
Baca Juga: Bertemu Trump, Jokowi Bahas Ekspor Sawit dan Biodiesel ke AS
Kunci keberhasilan dari pendekatan konservasi ini adalah tersedianya mata pencaharian alternatif yang memungkinkan masyarakat tetap memperoleh pendapatan tanpa mengganggu ekosistem yang rawan kebakaran seperti lahan gambut. GAR saat ini tengah menerapkan proyek pertanian ekologis terpadu bersama masyarakat setempat dengan menggunakan lahan tidur milik masyarakat.
"Proyek seperti ini memungkinkan masyarakat untuk meningkatkan pendapatan mereka, membangun swasembada pangan, membuat masyarakat belajar metode bertani tanpa menggunakan bahan kimia dan lebih penting lagi tidak membuka lahan dengan cara membakar," ujar Franky.
GAR juga melanjutkan kegiatan pembinaannya dengan rantai pasoknya melalui upaya kemamputelusuran hingga ke tingkat perkebunan (Tracebility To Plantation / TTP). Kegiatan pemetaan rantai pasok membuka kesempatan bagi GAR membangun hubungan yang lebih dekat dengan para pemasoknya, sehingga perusahaan dapat ikut mensosialisasikan praktik-praktik bisnis kelapa sawit yang bertanggung jawab. Hingga akhir 2016, sebanyak 15 pabrik GAR telah berhasil menelusuri sumber-sumber pasokannya secara penuh dan secara total pabrik-pabrik GAR telah mencapai 88 persen kemamputelusuran. GAR berharap dapat menyelesaikan TTP secara penuh untuk pabrik-pabrik miliknya pada akhir 2017, dan mencapai TTP secara penuh untuk para pemasok/pihak ketiga pada akhir 2020.
Guna mendukung para pemasoknya, GAR menyelenggarakan lokakarya dan pelatihan khusus setiap tahun dan telah menyiapkan Supplier Support Helpline. GAR juga secara rutin melakukan kunjungan lapangan dan mendokumentasikan permasalahan di lapangan yang perlu ditangani guna membantu bisnis pemasok menjadi lebih berkelanjutan.
Berbagai upaya GAR dalam wujud berbagai inisiatif yang membutuhkan waktu dan sumber daya ini menegaskan komitmennya bukan hanya untuk meningkatkan kinerja perusahaan, namun juga kinerja industri kelapa sawit. GAR percaya bahwa kemajuan yang berkelanjutan di sektor ini hanya dapat diwujudkan melalui kemitraan dan kerjasama semua pemangku kepentingan di industri ini.
Baca Juga: Jokowi Keluhkan Sawit Indonesia Dapat Kampanye Negatif di Eropa
Penerbitan Laporan Keberlanjutan GAR 2016 mengacu pada panduan penulisan Global Reporting Initiative (GRI) Standards Reporting Guidelines. Laporan lengkapnya dapat dibaca di situs web GAR. GAR telah menerbitkan Laporan Keberlanjutan sejak tahun 2011.
Golden Agri-Resources merupakan induk perusahaan dari PT SMART Tbk. GAR adalah salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit terkemuka dengan total luas areal tanam di Indonesia mencapai lebih dari 488.000 hektar (termasuk kebun milik petani swadaya). GAR memiliki operasi terpadu yang memproduksi bahan pangan yang berbahan baku minyak nabati.
Didirikan pada tahun 1996, GAR tercatat di Bursa Efek Singapura pada tahun 1999 dengan nilai kapitalisasi pasar 3,5 miliar dolar Amerika Serikat (AS) per tanggal 27 Juni 2017. Perusahaan investasi Flambo International Limited saat ini merupakan pemegang saham terbesar GAR, dengan kepemilikan saham sebesar 50,35 persen. GAR memiliki beberapa anak perusahaan, termasuk didalamnya PT SMART Tbk yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 1992.
GAR fokus pada produksi minyak kelapa sawit berkelanjutan. Di Indonesia, kegiatan utamanya meliputi budidaya dan pemanenan pohon kelapa sawit; pengolahan tandan buah segar menjadi minyak sawit mentah (CPO) dan inti sawit; penyulingan CPO menjadi produk dengan nilai tambah seperti minyak goreng, margarin dan shortening; serta produk dari kelapa sawit di seluruh dunia. GAR juga beroperasi di China dan India dengan memiliki pelabuhan, pabrik penghancur biji sawit, memproduksi berbagai produk minyak nabati olahan, serta produk makanan lainnya seperti mie.