Setengah Abad Bendungan Serbaguna Jatiluhur Memberi Manfaat

Kamis, 20 Juli 2017 | 03:00 WIB
Setengah Abad Bendungan Serbaguna Jatiluhur Memberi Manfaat
Bendungan Ir H Juanda atau Bendungan Jatiluhur. [Dok Kementerian PUPR]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Bendungan Ir. H. Djuanda atau dikenal Waduk Jatiluhur, tahun ini genap berusia 50 tahun. Bendungan terbesar di Indonesia hingga saat ini tersebut telah memberikan banyak manfaat kepada masyarakat khususnya yang bermukim di Jakarta dan Jawa Barat. Daya tampungnya sebesar 3 miliar m3, atau masih tiga kali lipat dari Bendungan Jatigede yang baru diresmikan dengan daya tampung 980 juta m3.

Bendungan Jatiluhur merupakan waduk serbaguna pertama di Indonesia untuk memenuhi berbagai kebutuhan air, diantaranya untuk keperluan irigasi yang mengairi 240.000 ha sawah di daerah Purwakarta, Karawang, Bekasi dan Indramayu, dan juga untuk memenuhi kebutuhan air bagi industri dan air bersih warga Jakarta.

Bendungan ini juga berfungsi untuk pengendalian banjir di hilir Bendungan, sepanjang saluran Tarum Barat, saluran Tarum Timur dan saluran Tarum Utara seluas kurang lebih 20.000 ha, juga sebagai penghasil tenaga listrik (PLTA) yang sudah terpasang sebesar 187,5 megawatt dan fungsi pariwisata serta olahraga air. Keberadaan bendungan ini juga dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk perikanan.

Baca Juga: Kementerian PUPR Targetkan Bendungan Teritip Kelar Akhir 2016

"Untuk ke depannya pekerjaan besar kita adalah untuk terus mengoptimalkan kemanfaaatan Bendungan Jatiluhur yang sudah berumur 50 tahun di Wilayah Sungai Citarum," kata Menteri Basuki saat membuka acara Seminar Nasional “Setengah Abad Bendungan Ir. H. Djuanda Menghidupi Negeri”di Kantor Kementerian PUPR, Jakarta, Selasa (18/7/2017).

Turut hadir pada acara tersebut Direktur Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PUPR Imam Santoso, Ketua Umum Komite Nasional Indonesia untuk Bendungan Besar (KNI-BB) Hari Suprayogi, Direktur Utama Perum Jasa Tirta II Jatiluhur Djoko Saputro, dan para tokoh senior di bidang bendungan dan sumber daya air.

Menteri Basuki mengatakan pengelolaan SDA sangat tinggi kompleksitasnya, sehingga banyak organisasi profesi dan keahlian yang terkait pengelolaan air baik di tingkat nasional dan internasional. Ia mengungkapkan berkat keaktifannya di dalam organisasi profesi di dalam bidang keairan seperti Indonesian National Committee on Large Dams (INACOLD), International Commission on Irrigation and Drainage (ICID), dan Network of Asian River Basin Organizations (NARBO), dirinya baru saja menerima penghargaan International Lifetime Contribution Award 2017 dari Perhimpunan Insinyur Sipil Jepang atau Japan Society of Civil Engineers (JSCE) di Tokyo, tanggal 14 Juli 2017 yang baru lalu.

Untuk itu dirinya menyampaikan terima kasih atas dukungan semua rekan dalam bidang keahlian tenaga SDA dan mengajak seluruh tenaga ahli di bidang keairan untuk selalu mengasah keahliannya sehingga dapat berkontribusi lebih besar dalam pengelolaan SDA di Indonesia yang lebih efektif dan efisien.

Terkait pengelolaan Bendungan Jatiluhur, Menteri Basuki menyatakan tantangan terbesar adalah mempertahankan dan meningkatkan fungsi serta manfaat bendungan sehingga menjamin pendistribusian air tepat jumlah, waktu, dan mutu.

Baca Juga: Bendungan Teritip Akan Pasok Tambahan Air Baku untuk Balikpapan

Untuk mencapai hal tersebut, perlu optimasi bendungan melalui pembangunan tanggul di daerah hilir seperti Muara Gembong untuk mengatasi banjir yang terjadi hampir setiap tahun. Selain itu menjaga kualitas air juga penting agar suplai air, baik untuk air irigasi maupun air minum sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan.

Terkait adanya budidaya perikanan berupa keramba apung yang berkontribusi terhadap pencemaran air bendungan, Menteri Basuki meminta agar ijin keramba ditata kembali dan dibicarakan dalam konteks budidaya perikanan tangkap dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Bendungan Jatiluhur dibangun pada tahun 1957 dan diresmikan pada tahun 1967. Bendungan yang terletak di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat tersebut dibangun oleh kontraktor asal Perancis Coyne et Bellier dan merupakan waduk serbaguna pertama di Indonesia. Dengan tinggi bendungan mencapai 100 meter dan panjang bendungan 1,2 km, bendungan ini menahan air Sungai Citarum yang merupakan sungai terbesar di Jawa Barat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI