Hasil Audit BPK Terkait JITC Dianggap Bermuatan Politis

Adhitya Himawan Suara.Com
Rabu, 19 Juli 2017 | 22:44 WIB
Hasil Audit BPK Terkait JITC Dianggap Bermuatan Politis
Direktur Kajian Ekonomi dan Bisnis Indonesia Development Monitoring Ferdinand Situmorang. [Dok IDM]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Bahkan, dimana kondisi   yang   ada   saat   ini   fasilitas   Terminal   JICT   I   di   dermaga   sisi   utara   masih   memiliki   kedalaman‐14LWS   dan   dermaga   sisi   barat   memiliki   kedalaman   -‐10LWS   sehingga   hanya   dapat   disandari   oleh  kapal   berkapasitas   kurang   dari   5.000   TEUs.   Sedangkan   terminal   JICT   II   hanya   memiliki   kedalaman  ‐8,5LWS     dan   saat   ini   under   utilized   karena   hanya   dapat   disandari   oleh   kapal-‐kapal   kecil  berkapasiitas   tidak   lebih   dari   1.500   TEUs," jelas Ferdinand.

Adapun  Terminal   NewPriok   Tahap   I   yang   terdiri   dari   tiga   container   terminal   akan   memiliki   fasilitas  dermaga   dengan   kedalaman   hingga   -‐20LWS   yang   akan   mampu   disandari   oleh   kapal   berkapasitas  hingga   18.000   TEUs.   Terminal   baru   ini   akan   menciptakan   kompetisi   dengan   terminal-‐terminal   yang  sudah   ada   agar   dapat disandari   oleh kapal-‐kapal   dengan   kapasitas   besar.  

"BPK juga  tidak pernah memprediksi memperhitungkan dalam 20 tahun mendatang akan dibangun pelabuhan Internasional yang jauh lebih besar dan dekat dengan pusat Industri di Jawa Barat seperti rencana Pemprov Jawa Barat akan membangun pelabuhan internasional ini juga akan berdampak pada pendapatan JICT di masa mendatang," tuturnya.

Menurutnya, Surat Meneg BUMN Rini Soemarno dengan nomor S318/MBU /6/2015 tertanggal  9 Juni 2016  juga tidak terdapt sesuatu yang salah. Sejumlah poin yang disyaratkan oleh Menteri BUMN dalam proses perpanjangan kepada Direksi Pelindo II ketika dipimpin RJ Lino, seperti surat Menhub yang mengingatkan tentang proses perpanjangan pengoperasian JICT memang sudah seharusnya dengan meminta ijin Kementerian perhubungan sebagai Regulator.

Baca Juga: KPK Periksa Pejabat BPK di Kasus Suap Kemendes

Selain itu, kepemilikan saham JICT harus minimal 51 persen. Ini sesuai UU dan Peraturan yang berlaku dengan Tata kelola Perusahaan yang Baik "Jadi sebaiknya Joko Widodo dan KPK jangan terkecoh dengan hasil audit BPK tersebut sebagai cara untuk mendegradasi dan menyalahkan kementerian BUMN," tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI