Berdasarkan riset yang dilakukan, diperlihatkan nilai penjualan rumah primer di wilayah Banten di sepanjang Kuartal II 2017 mengalami penurunan tipis sebesar 9,3 persen dengan total penjualan rumah sebesar Rp492,44 miliar. Capaian ini terjadi setelah pada triwulan sebelumnya juga mengalami 5,9 persen penurunan.
"Tren penurunan ini telah berlangsung selama 3 triwulan terakhir dan masih berlanjut sampai saat ini meskipun relatif mengalami penurunan yang landai. Penurunan hampir di semua wilayah Banten, kecuali Kabupaten Tangerang yang mengalami kenaikan sangat tipis 0,6 persen," kata Chief Executive Officer (CEO) Indonesia Property Watch, Ali Tranghanda, di Jakarta, Jumat (14/7/2017).
Di tengah penurunan penjualan yang terjadi, ternyata berdasarkan unit terjual, segmen harga Rp300 – Rp500 juta mengalami kenaikan cukup tinggi sebesar 34,8 persen dan segmen Rp500 juta – Rp1 miliar sebesar 37,5 persen dibandingkan triwulan sebelumnya. Sedangkan segmen lainnya khususnya segmen atas di kisaran harga > Rp 1 miliar mengalami penurunan cukup tajam sebesar 63,6 persen.
Baca Juga: IPW Dukung Pemerintah Pindahkan Ibu Kota Negara
"Penurunan juga terjadi di segmen harga < Rp 150 juta yang drop 16,7 persen dan segmen Rp 150 – 300 juta yang juga turun 26,5 persen," tambah Ali.
Meskipun demikian pasar penjualan rumah di segmen di bawah Rp 300 jutaan ini masih mendominasi penjualan rumah primer di wilayah Banten sebesar 54,7 persen, khususnya segmen rumah subsidi. Kapasitas pasar di segmen ini sangat besar terlihat dari analisis yang dilakukan terhadap beberapa proyek dengan rata-rata penjualan rumah subsidi dapat mencapai 50 – 100 unit per bulan. Karenanya pemerintah seharusnya memberikan perhatian lebih pada segmen ini.
"Hal ini juga terkait pemangkasan anggaran FLPP dari Rp 9,7 triliun menjadi Rp 3,1 triliun yang mendapatkan kritik keras dari Indonesia Property Watch. Kebijakan tersebut dirasakan kontraproduktif disaat pemerintah sedang gencar melaksanakan Program Sejuta Rumah dan pergerakan pasar yang cukup bagus di segmen ini," jelas Ali.
Melihat pergerakan tren pasar yang terjadi, IPW masih tetap yakin tumbuhnya penjualan di segmen menengah pada paruh kedua tahun 2017 ini, meskipun beberapa pihak masih meragukan kapasitas pasar yang ada saat ini. Kondisi ini agak berbeda dengan kondisi pasar menengah atas yang diperkirakan masih agak tertahan sampai akhir tahun. Dalam setiap siklus pasar properti, umumnya pergerakan akan dimulai dari sektor perumahan menengah bawah di susul oleh segmen menengah atas.
Sedangkan untuk sektor komersial diperkirakan masih harus menunggu agak sedikit lebih lama lagi. Kondisi investasi properti khususnya pasar komersial saat ini dirasakan banyak pihak belum terlalu kondusif, meskipun isu-isu sensitif terkait keamanan dan politik mulai mereda. Namun masih ada kekhawatiran isu ini akan kembali hangat mendekati pemilihan pemilu 2019. Kondisi ini membuat pasar segmen atas yang sangat sensitif terhadap isu ini masih akan menunda investasinya, meskipun kapasitas daya beli di segmen ini sangat besar.
Baca Juga: IPW Kritik Pemerintah Gagal Paham Masalah Perumahan Subsidi
"Artinya belum bergeraknya pasar di segmen atas dan komersial bukan dikarenakan daya beli yang turun melainkan semuanya dalam posisi menunggu. Semoga pasar perumahan cepat benar-benar pulih," tutup Ali.