Pengamat Unibraw: Rokok Sudah Jadi Industri Besar

Adhitya Himawan Suara.Com
Rabu, 12 Juli 2017 | 17:30 WIB
Pengamat Unibraw: Rokok Sudah Jadi Industri Besar
Guru Besar Biologi Sel, Biologi Molekuler dan Nano Biologi Universitas Brawijaya, Prof. Sutiman Bambang Sumitro. [Dok Gapero]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Guru Besar Biologi Sel, Biologi Molekuler dan Nano Biologi Universitas Brawijaya, Prof. Sutiman Bambang Sumitro mengungkapkan, tembakau merupakan warisan nenek moyang yang sebenarnya memiliki manfaat untuk kesehatan. Seharusnya, warisan nenek moyang ini harus diapresiasi di tengah peradaban global yang sarat dengan kepentingan ini.

"Tembakau harus diapresiasi untuk memberikan berkah bagi rakyat Indonesia," katanya saat menyampaikan masukan Pansus RUU Pertembakauan DPR RI di Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur, Rabu (12/7/2017).

Dikatakannya, tembakau selama ini diidentikkan dengan asap rokok yang berbahaya bagi kesehatan. Sehingga tembakau menjadi momok yang menakutkan bagi dunia kesehatan. Namun, baginya permasalahan bangsa ini harus diselesaikan dengan kearifan lokal. Pasalnya, rokok sudah menjadi sebuah industri besar yang melibatkan banyak unsur, yakni ekonomi, ribuan tenaga kerja serta dampak lain yang perlu pemikiran bersama ketika industri tersebut berhenti.

Baca Juga: Singgah di Malang, Pansus RUU Pertembakauan Temui Gapero

“Rokok kretek yang dibuat nenek moyang Indonesia pasti memiliki manfaat. Rokok kretek dibuat untuk obat batuk. Sayangnya, fakta ilmiah itu tidak pernah diperhatikan pemerintah, terlebih oleh industri rokok kretek di Indonesia," ujarnya.

Sutiman berharap agar pemerintah dan industri rokok melakukan penelitian rokok yang development sebagai bagian dari strategi bisnis. Namun sayangnya mereka tidak memiliki hasil riset dan pengembangan produk yang memadai.

"Harus industri rokok memasukkan budaya kita sendiri. Kami dari Universitas Brawijaya siap melakukan riset development untuk menyelesaikan masalah ini," jelasnya.

Sepuluh tahun yang lalu, tepatnya tahun 2007 bersama tim Sutiman melakukan penelitian tentang rokok. Secara garis besar dia telah menemukan alat untuk menghilangkan radikal bebas dari asap rokok. Selain itu, memodifikasi makro molekul yang terkandung dalam asap rokok lewat sentuhan teknologi dengan ukuran lebih kecil.

"Divine cigarette ini ada senyawanya, sehingga mampu menjinakkan radikal bebas. Tapi, senyawanya apa saja, itu yang masih dalam proses dipatenkan," jelasnya.

Baca Juga: Gapero Tuntut RUU Pertembakauan Harus Mengatur Semua Sektor

Dalam konteks inilah, Sutiman meminta agar RUU Pertembakauan membuat penelitian yang development tentang tembakau dan rokok. Ditinjau dari aset serta volume perdagangan rokok di Indonesia, riset seputar rokok sesungguhnya gampang direalisasikan. Seiring dengan arus globalisasi, rokok kretek yang merupakan produk kearifan lokal itu dilanda isu sebagai produk tidak sehat tanpa didukung data hasil riset memadai.

Ironisnya, isu rokok tidak sehat tersebut berembus dari luar negeri serta dibangun melalui kegiatan riset asing.

“Sementara itu, potensi lokal kurang percaya diri untuk melakukan inovasi tentang rokok sehat. Apalagi, ide tentang rokok sehat terkesan menentang arus,” pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI