Rupiah melemah terhadap Dolar AS dan Indeks Harga Saham Gabungan melemah pada hari Senin (11/7/2017) karena berita bahwa cadangan valas Indonesia bulan Juni menurun. Bank Indonesia mengumumkan bahwa aset valas Indonesia turun dari 124,95 miliar dolar Amerika Serikat (AS) di bulan Mei menjadi 123,09 miliar dolar AS di bulan Mei. Menurut BI, alasan penurunan ini adalah permintaan mata uang asing yang meningkat tajam oleh sektor perbankan Indonesia menjelang Idul Fitri dan ini hanya bersifat sementara.
"Dengan membaiknya kinerja ekspor dan optimisme dari kenaikan peringkat S&P, cadangan valas sepertinya akan tetap aman di masa mendatang," kata Lukman Otunuga, Research Analyst Forextime, di Jakarta, Selasa (11/7/2017).
Sentimen terhadap ekonomi Indonesia dapat semakin membaik pada hari Selasa (11/7/2017) apabila laporan keyakinan konsumen bulan Juni mengisyaratkan peningkatan stabilitas ekonomi. Konsumsi Indonesia cukup bergairah di tahun 2017 dan indeks konsumen mencapai rekor tertinggi di bulan Mei. Apabila data ekonomi Indonesia terus menunjukkan tren positif, maka pasar akan semakin berspekulasi bahwa BI akan meningkatkan suku bunga sebelum akhir tahun demi mendorong pertumbuhan.
OPEC meminta kerja sama Nigeria dan Libya
Baca Juga: Forextime Beberkan Sebab Melemahnya Pound Sterling
Sungguh luar biasa melihat bahwa pengecualian dari pembatasan produksi yang diberikan kepada sebagian anggota OPEC ternyata berdampak negatif pada kartel ini. Produksi Juni meningkat ke level tertinggi di tahun 2017. Karena produksi Nigeria dan Libya yang terus meningkat mengancam upaya OPEC untuk menyeimbangkan pasar dan ini di luar dugaan, maka harga minyak dapat terus tertekan. Ada wacana bahwa OPEC mungkin akan meminta Nigeria dan Libya memangkas produksi. Peningkatan produksi kedua negara ini sepertinya belum diperhitungkan saat OPEC sepakat untuk memperpanjang pemangkasan produksi.
"Situasi oversuplai masih sangat membebani pikiran investor sehingga harga minyak akan terus tertekan karena fluktuasi harga sangat dipengaruhi oleh kondisi oversuplai," jelas Lukman.
Dolar kembali menguat
Dolar AS berkibar pada sesi perdagangan hari Senin saat investor menerima laporan tenaga kerja bulan Juni yang bervariasi. Walaupun angka NFP umum yang luar biasa sebesar 222k mendorong optimisme terhadap ekonomi AS dan mendukung ekspektasi kenaikan suku bunga Fed, pertumbuhan upah yang lesu menimbulkan kekhawatiran akan lambatnya inflasi yang berkepanjangan.
Walaupun laporan bulan Juni yang sedang-sedang saja mungkin menjadi inspirasi bagi investor bullish, namun kenaikannya mungkin menghadapi hambatan karena level inflasi yang rendah menyiratkan laju perubahan moneter Fed yang lebih lambat. Kalender ekonomi hari ini cukup lengang sehingga aksi harga mungkin akan menentukan arah trading Indeks Dolar saat bulls membidik level 96.40.
Baca Juga: Forextime: Brexit Tak Pasti, Poundsterling Berpotensi Melemah
Sorotan komoditas - Emas
Emas mengalami tekanan jual di hari Senin karena Dolar yang menguat dan naiknya prospek kebijakan moneter global yang lebih ketat menekan harga logam mulia ini. Laporan tenaga kerja AS yang bervariasi di bulan Juni mendukung ekspektasi kenaikan suku bunga Fed tahun ini, sehingga emas sepertinya kembali bearish. Mari kita perhatikan bagaimana reaksi harga terhadap level support $1200 dan apakah pembeli menggunakan peluang ini untuk mengangkat harga emas.
"Dari sudut pandang teknikal, logam mulia ini semakin tertekan pada grafik harian. Breakdown di bawah 1214 Dolar AS dapat menyebabkan penurunan lebih lanjut menuju 1200 Dolar AS," tutup Lukman.