"Ditargetkan barataga ini bisa dipahami oleh sekitar dua per tiga jumlah penduduk Indonesia. Dengan begitu, ancaman bencana gempa tersebut bisa berubah paradigmanya menjadi suatu kejadian yang bermanfaat," katanya.
Menurut dia, secara bertahap dirinya akan menyosialisakan konsep barataga ini ke masyarakat Indonesia.
"Sikitar 200 juta orang, atau sekitar dua per tiga dari jumlah penduduk Indonesia. Konsep barrataga sendiri, sebenarnya sudah disosialisasikan ke sekitar seribu orang mandor bangunan sejak sekitar 2001 dan 2002. Banten, Garut, Banjar, Sukoharjo. Terutama di daerah selatan. Termasuk di daerah Bantul, yang pada 2006 terkena bencana gempa besar," katanya.
Ia mengatakan, hasilnya cukup memuaskan, mereka yang rumahnya menggunakan konsep ini kerusakannya tidak terlalu parah.
Baca Juga: Rumah Mewah di Duren Sawit Dilalap Api
Yaitu memperkuat simpul tulang. Serta, di bawah pondasi bangunan diberikan pasir dengan ketebalan minimal 20 centimeter.
"Dengan sosialisasi ke masyarakat ini, diharapkan paradigma mereka mengenai gempa bisa berubah. Yaitu dari yang jahat menjadi bermanfaat. Sebab, gempa sangat dibutuhkan agar bumi tak meledak. Rumah rusak terdampak gempa boleh, tapi tidak membahayakan penghuni," katanya. (Antara)