Sekjen APTI: Produktivitas Tanaman Tembakau Indonesia Rendah

Adhitya Himawan Suara.Com
Sabtu, 01 Juli 2017 | 14:18 WIB
Sekjen APTI: Produktivitas Tanaman Tembakau Indonesia Rendah
Ilustrasi daun tembakau. [pixabay]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Sekjen Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Wening Swasono berpendapat, sebagai salah satu komoditas strategis nasional, perkembangan pertanian tembakau saat ini dinilai masih kurang optimal. Kenyataan ini mengingat jumlah produksi tembakau belum dapat mencukupi keseluruhan permintaan industri.

Menurut catatan APTI, produksi tembakau selama beberapa tahun terakhir masih di bawah 200.000 ton, sedangkan permintaan pasar telah mencapai lebih dari 300.000 ton. Selisih tersebut terpaksa harus dipenuhi oleh impor. 

“Perlu adanya gebrakan untuk bisa memenuhi pasar, yaitu dengan meningkatkan produktivitas sehingga tercipta peningkatan produksi. Pasalnya, produktivitas tanaman tembakau yang ada saat ini masih rendah jika dibandingkan dengan negara lain penghasil tembakau,” kata Wening sebagaimana keterangan pers di Yogyakarta, Sabtu (1/7/2017).

Baca Juga: APTI: Tembakau Bebaskan NTB Dari Busung Lapar

Wening mengatakan, tembakau berbeda dengan komoditas-komoditas strategis pertanian lainnya. Tembakau belum mendapatkan dukungan dan bantuan yang diperlukan untuk bisa meningkatkan produktivitas, seperti pendampingan dan penyuluhan teknis pertanian, pemberian bibit unggul dan pupuk, pembangunan infrastruktur, serta akses terhadap peralatan pertanian yang lebih modern. Akibatnya, tingkat produktivitas dan kualitas tembakau yang dihasilkan belum dapat mencukupi permintaan industri. Selain itu, minimnya bantuan yang diterima oleh petani tembakau semakin meningkatkan ongkos produksinya sehingga tidak kompetitif.

Selain itu, lanjut dia, tata niaga pertanian yang kompleks juga menjadi salah satu hambatan utama perkembangan komoditas tembakau. Petani seringkali tidak mendapatkan akses langsung untuk menjual hasil panennya kepada pabrikan/ pemasok, sehingga harus mengandalkan para pengepul dan belandang. Akibatnya, nilai keuntungan yang seharusnya diterima oleh petani sebagian besar akan hilang akibat peran pihak ketiga.

“Kami berharap Pemerintah dapat membantu menyederhanakan tata niaga pertanian tembakau sehingga kesejahteraan petani juga akan meningkat,” kata dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI