Ini Kesalahan Besar 7-Eleven Sehingga Terpaksa Gulung Tikar

Selasa, 27 Juni 2017 | 10:15 WIB
Ini Kesalahan Besar 7-Eleven Sehingga Terpaksa Gulung Tikar
Suasana 7-Eleven Cikini, Jakarta, Senin (26/6). [Suara.com/Oke Atmaja]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Ketua Umum Kamar Dagang Industri Rosan Roeslani menilai tutupnya seluruh gerai 7-Eleven atau Sevel di Indonesia lantaran bisnis model yang tidak tepat di Indonesia. Menurutnya, Sevel mengutamakan tempat untuk nongkrong dibandingkan tempat berbelanja seperti Indomaret atau Alfamart.

"Orang beli satu Coca Cola, tapi nongkrongnya dua sampai tiga jam. Jadi tidak sesuai model bisnisnya. Akhirnya marginnya dan volume penjualannya tipis, terus mereka sewa tempat yang luas, biaya sewanya tidak tertutupi," kata Rosan saat dihubungi suara.com, Selasa (27/6/2017). 

Menurut Rosan, seharusnya Sevel menerapkan bisnis model seperti Alfamart atau Indomaret. Alfamart tak memiliki ruang yang luas, namun menurut Rosan, volume penjualannya tinggi dan lebih baik dari Sevel. 

"Harusnya seperti Indomaret atau Alfamart. Di Indomaret orang masuk, beli, keluar, dan begitu terus sehingga volumenya banyak. Harusnya begitu," katanya. 

Selain itu, lanjut Rosan, tutupnya gerai Sevel di Indonesia lantaran regulasi yang diterapkan oleh pemerintah tidak jelas, di mana setiap perusahaan ritel aturannya berbeda-beda. 

"Ya izinnya sevel dengan Indomaret atau Alfamart ternyata berbeda. Harusnya kan sama. Jadi harus disempurnakan regulasinya. Regulasi itu kan harus disempurnakan terus, tidak bisa statis," ujar Rosan. 

Oleh sebab itu, Rosan meminta kepada pemerintah untuk segera memperbaiki regulasi terkait perusahaan ritel di Indonesia agar tidak terulang kembali.

"Memang ritel itu untungnya nggak besar, jadi memang harus benar-benar kuat konsepnya agar bisa bertahan di Indonesia," kata Rosan. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI