Pengamat Beberkan Faktor yang Bikin Garuda Indonesia Alami Krisis

Jum'at, 16 Juni 2017 | 15:09 WIB
Pengamat Beberkan Faktor yang Bikin Garuda Indonesia Alami Krisis
Maskapai Garuda Indonesia terparkir di terminal II Bandara Internasional Soekarno-Hatta Tangerang, Banten, Jumat (12/12). [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

“Persoalannya ketika pesawat itu dibeli, itu kan ngantri nah kemudian ketika pesawat itu sudah jadi mungkin trennya sudah turun. Trend sekarang ini adalah 767 atau air bus 350. Yang 380 orang sudah tidak suka terlalu besar,” papar Agus.

Sayangnya, kata Agus tidak semua jenis pesawat yang dimiliki Garuda Indonesia membawa keuntungan sementara biaya yang dibutuhkan untuk maintainance pesawat jumlahnya cukup besar.

"Dia terlalu banyak jenis pesawatnya sementara biaya maintenance mahal," cetusnya.

Adapun harga bahan bakar avtur juga mengalami lonjakan yang signifikan yakni 15 persen lebih mahal dikarenakan pemasok avtur hanya dari Pertamina, ditambah dengan pungutan dari BPH Migas.

Baca Juga: Garuda Indonesia Makin Kusut, Perlu Terobosan Pemerintah

“Costnya 15 persen lebih mahal karena supply nya cuma satu dari Pertamina, dihitung rata- rata harga costnya lalu ada pungutan dari BPH Migas. Banyak macam- macam lagi sehingga mahal. Karena itu 30-40 persen operasional itu dari avtur,” terang Agus.

Satu lagi yang dikritisi oleh Agus yakni mengenai rute penerbanganGaruda Indonesia yang juga menjadi rute penerbangan maskapai asing.

"Rute banyak, ada 33 rute internasional di Indonesia. Market Garuda dihabisi asing. Harusnya asing kasih saja izin terbang malam. Jadi, ini perlu pembenahan, tidak hanya dari internal Garuda tapi juga sistem regulasi harus direvisi," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI