Suara.com - Direktur Eksekutif Indonesia Development Monitoring (IDM), Fahmi Hafel, memprediksi saham perusahaan kontraktor infrastruktur yang sudah terdaftar di bursa saham akan sulit meningkat selama enam bulan ke depan. Pasalnya, pemerintah akan melakukan pemotongan anggaran yang cukup besar untuk sektor infrastruktur.
Hal tersebut harus menjadi pertimbangan bagi PT Bahana Sekuritas (DX), PT CLSA Sekuritas Indonesia (KZ) dan PT Indo Premier Sekuritas (PD) selaku Penjamin Pelaksana Emisi Efek yang akan melakukan penawaran umum perdana (IPO) terhadap saham PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS).
"Di mana TOPS merupakan perusahaan kontraktor yang baru pasti akan melantai di bursa saham, dan sepertinya akan kurang menarik investor untuk membelinya," kata Fahmi melalui keterangan tertulisnya, Kamis (15/6/2017).
Apalagi, kata Fahmi, TOPS yang banyak mengerjakan proyek-proyek bangunan dan gedung swasta seperti apartemen, hotel dan lain sebagainya, bergantung pada pembangunan infrastruktur sarana dan prasarana pemerintah. Tidak hanya itu, TOPS juga beberapa kali dalam mengerjakan proyek pembangunan milik swasta sempat mengalami kesalahan fatal, sejak kontruksinya hingga bangunannya yang ambruk dan menyebabkan luka berat bahkan kematian bagi pekerjanya.
"Seperti pembangunan apartemen Podomoro City Deli, di Jalan Putri Hijau Medan. Dan sebagai pengembangnya, PT Podomoro Land Tbk akan menekankan kontraktor untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja yang harus dilakukan oleh PT Totalindo. Tentu ini sebuah contoh yang bisa membuat PT Totalindo merugi," katanya.
Menurut Fahmi, dalam rencana penggunaan dana yang diperoleh dari IPO tersebut, setelah dikurangi biaya-biaya terkait emisi saham, hasilnya 35 persen akan membayar utang. Dari 35 persen tersebut, Rp174.463.765.543 digunakan untuk pembayaran sebagian utang berdasarkan fasilitas pinjaman atau pembiayaan yang diperoleh dari kreditur-kreditur. Sementara lainnya untuk membayar sebagian pinjaman Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk senilai Rp125.953.313.564, untuk membayar sebagian pembiayaan musyarakah Bank Panin Dubai Syariah Tbk senilai Rp31.343.251.819, untuk membayar sebagian pembiayaan musyarakah PT Bank BNI Syariah Rp9.081.863.068, dan Rp8.085.337.092 untuk membayar sebagian pembiayaan Bank Muamalat Indonesia Tbk.
Sementara sekitar 60 persen untuk memenuhi kebutuhan modal kerja perseroan, guna mendukung operasi perseroan yang terkait beban pokok penjualan, beban umum dan administrasi, serta bebas bunga pinjaman. Sisanya, sebesar 5 persen untuk mendukung pengembangan bisnis perseroan di bidang konstruksi melalui pembelian mesin, alat berat dan/atau peralatan konstruksi berupa Aluma System, tower crane, passenger hoist dan concrete pump.
"Penjualan saham TOPS lebih besar digunakan untuk membayar utang pada kreditur. Ini artinya sangat sulit nantinya pemegang saham TOPS akan mendapatkan keuntungan dari kenaikan nilai saham perdana, apalagi untuk bisa mendapatkan dividen nantinya," kata Fahmi.
Dengan demikian, Fahmi pun meminta para investor di pasar saham untuk dapat lebih berhati-hati dalam membeli saham perdana TOPS.
"Jumlah saham yang ditawarkan dalam IPO ini adalah sebanyak 1.666.000.000 lembar saham baru, dengan nilai nominal Rp100 dan harga penawaran Rp310 per saham," tutupnya.
Saham Perusahaan Infrastruktur Diprediksi Sepi 6 Bulan ke Depan
Jum'at, 16 Juni 2017 | 05:12 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Utang Masih Menumpuk, Waskita Karya Jual Tiga Ruas Jalan Tol
27 November 2024 | 18:22 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI
Bisnis | 18:22 WIB
Bisnis | 18:04 WIB
Bisnis | 17:54 WIB
Bisnis | 17:38 WIB
Bisnis | 17:34 WIB
Bisnis | 17:30 WIB