Suara.com - Kontrak emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir naik lebih dari satu persen pada Selasa (Rabu pagi WIB). Hal ini disebabkan ketegangan geopolitik mengangkat permintaan investasi untuk logam mulia.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus, naik 14,8 dolar AS atau 1,15 persen, menjadi menetap di 1.297,5 dolar AS per ounce.
Harga emas memperpanjang kenaikan beruntun mereka ke sesi ketiga berturut-turut dan berakhir pada level tertinggi untuk kontrak paling aktif sejak November lalu, menurut MarketWatch.
Para analis mengatakan ketidakpastian seputar keretakan antara Qatar dan negara-negara Timur Tengah lainnya, pemilihan umum di Inggris yang akan datang dan pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB) meningkatkan permintaan investasi untuk logam mulia.
Baca Juga: Ini Kuartal Terbaik Bagi Emas Berjangka
Pelemahan dolar AS juga membantu mendorong harga logam mulia naik, karena Indeks Dolar AS turun 0,3 persen menjadi 96,52 pada pukul 19.30 GMT.
Indeks tersebut merupakan ukuran dolar AS terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya. Emas dan dolar AS biasanya bergerak berlawanan arah, yang berarti jika dolar AS turun maka emas berjangka akan naik.
Data ekonomi lemah dari Amerika Serikat telah mengurangi ekspektasi percepatan kenaikan suku bunga AS tahun ini, namun Federal Reserve diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada pertemuan kebijakan Juni pekan depan.
Kenaikan suku bunga akan mendorong imbal hasil obligasi lebih tinggi dan cenderung memperkuat greenback, yang cenderung melemahkan harga emas.
Sedangkan untuk logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Juli naik 12,9 sen atau 0,73 persen menjadi 17,71 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli naik 5,7 dolar AS atau 0,6 persen, menjadi menetap di 963,3 dolar AS per ounce. [Antara]
Baca Juga: Pidato Trump Depan Kongres Sebabkan Emas Berjangka Turun