Suara.com - Persaingan di dunia kerja yang semakin ketat menuntut mahasiswa di Indonesia meningkatkan kompetensinya.
Salah satu cara yang banyak dilakukan adalah dengan mengambil kesempatan kuliah di luar negeri.
Berbagai beasiswa pendidikan S2 dan S3 pun semakin banyak diberikan baik dari pemerintah, pihak swasta maupun tawaran dari negara lain.
Namun pertanyaannya, seberapa penting kuliah di luar negeri?
Baca Juga: Jelang Bonus Demografi, Jokowi Minta Beasiswa LPDP Dioptimalkan
John Pariwono selaku Koordinator Beasiswa Luar Negeri Kementerian Riset Teknologi Dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Kemenrisdikti) mengatakan, keputusan untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri sebenarnya tergantung pada mimpi yang akan diraih seseorang di masa mendatang.
"Mimpi kan sebenarnya ada dua, mau jadi pegawai atau pengusaha. Coba ditanya pada diri sendiri mimpinya mau jadi apa," ujar John di sela seminar "World Post Graduate Expo" di JCC Senayan, Sabtu (20/5/2017).
Ia menambahkan, jika seseorang berkeinginan menjadi peneliti, di mana merupakan pegawai dari suatu organisasi, maka pilihan mengambil S2 di luar negeri merupakan keputusan yang tepat.
Bahkan, ia mendorong agar mahasiswa S2 yang mendapatkan kesempatan kuliah di luar negeri jangan buru-buru kembali ke Indonesia sampai mendapatkan gelar S3.
"Nanggung kalau mau pulang ke Indonesia, setelah S2. Lebih baik ditahan sampai ambil S3. Tapi kalau maunya jadi pengusaha, setelah S2 di luar negeri bisa langsung pulang ke Indonesia," tambah dia.
Baca Juga: Peserta Wajib Kerja Dokter Spesialis Dijanjikan Beasiswa
Dalam kesempatan yang sama, Oka Simanjuntak selaku Commissioner at Trade and Investment Queensland, Australia mengatakan bahwa keputusan melanjutkan pendidikan di luar negeri merupakan pilihan yang tepat untuk mengembangkan wawasan dan pola pikir.